13 Warga Korea Meninggal Usai Disuntik Vaksin, Memicu Kekhawatiran di Indonesia

23 Oktober 2020, 07:04 WIB
ilustrasi /winnetnews.com/

 

DESKJABAR - Banyaknya kasus yang meninggal di luar negeri setelah disuntik vaksin harus menjadi perhatian kita. Seperti di Korea Selatan tercatat ada sekitar 13 orang meninggal dunia usai disuntikan vaksin flu. Media resmi pemerintah dan media lokal mengabarkan kejadian itu memicu kekhawatiran tentang keamanan vaksin.

Jatuhnya korban jiwa, termasuk seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dan seorang pria berusia 70-an, terjadi hanya seminggu setelah program vaksinasi flu gratis untuk remaja dan lansia dimulai kembali.

Kejadian serupa juga terjadi di Brazil, seorang relawan Covid-19 meninggal dunia setelah disuntik vaksin. Korban merupakan salah satu relawan yang mendapatkan vaksin yang didatangkan dari AstraZeneca dan Universitas Oxford, Inggris.

Pihak berwenang dari Kementerian Kesehatan Brasil, Anvisa mengemukakan, korban meninggal tersebut adalah Dr. Joao Pedro Feitosa, berusia 28 tahun dari Rio De Janeiro. Dikutip dari dailymail.co.uk, Kamis, 22 Oktober 2020, dia dilaporkan meninggal akibat komplikasi Covid 19.

Tentu saja hal tersebut memunculkan kekhawatiran para penduduk dunia termasuk Indonesia. Dari itulah Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta Menteri Kesehatan agar tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan program vaksinasi Covid 19. "Kita bisa melihat bahwa unsur kehati-hatian juga dilakukan negara lain dengan tetap menunggu data lebih banyak lagi dari hasil uji klinis fase 3," tulis PB IDI dalam akun twitter @pbidi seperti dilansir DeskJabar.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Jangan Tergesa-gesa, Ada Tiga Rekomendasi PB IDI Untuk Menkes

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid 19 Prof Wiku Adisasmito meminta masyarakat bersabar dan cermat dalam memilah dan menyikapi informasi perkembangan penanganan Covid 19, khususnya masalah vaksin.

"Jadi pemberitahuan aspek vaksinasi yang bersinggungan dengan masyarakat akan didiseminasikan secara transparan, secara bertahap, sehingga jika belum diumumkan secara gamblang oleh pemerintah, maka hal tersebut masih dalam tahap perumusan.

Kami ingin memastikan bahwa informasi publik yang disampaikan itu betul-betul akurat," ujar Wiku menjawab pertanyaan media dalam keterangan pers perkembangan penanganan Covid 19 yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Sementara itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid 19 Prof Wiku Adisasmito berharap masyarakat tidak berspekulasi terkait uji klinis dan berkembangnya informasi tidak resmi terkait harga vaksin Covid 19.

Tentang perkembangan vaksin terkini, dalam keterangan persnya, Wiku menyampaikan pemerintah masih menyelesaikan tahapan pengembangan uji klinis fase 3 yang dilakukan di Universitas Padjajaran di Bandung, Jawa Barat.

Sampai saat ini, virus tersebut sudah tercatat sebanyak tujuh jenis. Jenis terbaru yang ditemukan ialah jenis virus Sars-Cov2 yang menyebabkan Covid 19.

Baca Juga: Jawa Barat Butuh 72 Juta Dosis Vaksin Corona

Adapun Covid 19 merupakan infeksi yang baru dan saat ini para ahli dan ilmuwan di dunia sedang melakukan riset untuk mencoba mengenali karakteristik virus penyebab Covid 19 yang digunakan sebagai dasar pengembangan vaksin.

Proses pengadaan vaksin di Indonesia dilakukan melalui tahapan yang kompleks melibatkan berbagai kementerian, maupun lembaga negara maupun BUMN.

Presiden Joko Widodo pun telah mengeluarkan peraturan pemerintah yang mengatur pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi Covid 19.

"Penting untuk diketahui, sampai saat ini belum ada negara di dunia yang sudah memproduksi vaksin Covid 19 secara massal. Indonesia terus melakukan upaya pengadaan vaksin ataupun memproduksi vaksin secara mandiri. Proses pengembangan vaksin maupun vaksinasi perlu dilakukan secara hati-hati, namun tetap tanggap menghadapi perubahan yang sangat dinamis di masa pandemi," kata Wiku.

Saat ini ada beberapa kandidat vaksin yang sedang dikembangkan pemerintah, termasuk vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Kandidat vaksin hasil kolaborasi atau kerja sama dengan pihak luar negeri, di antaranya Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.***

 

 

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler