Covid-19 dan Perubahan Cuaca, Simak Penjelasan WHO

20 Oktober 2020, 13:45 WIB
Ilustrasi hujan /Pixabay/PublicDomainPictures/

DESKJABAR - Oktober menjadi awal musim hujan untuk sebagian wilayah di Indonesia sebagaimana disampaikan BMKG di situsnya. Yang kemudian jadi pertanyaan, apakah perubahan musim berpengaruh terhadap tingkat penularan virus corona?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa belum ada bukti kuat yang menyimpulkan perubahan cuaca atau perubahan musim berpengaruh terhadap tingkat penularan virus corona. Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 telah menular ke berbagai negara, baik yang beriklim dingin maupun panas, kering maupun lembab.

Virus corona ditularkan langsung dari manusia ke manusia melalui kontak erat, droplet yang dihasilkan orang yang terinfeksi saat batuk atau bersin. Orang juga bisa tertular dengan menyentuh permukaan benda yang terekspose kuman, kendati ini bukanlah penyebab penularan yang utama.

Baca Juga: Sambut Liburan Cuti Bersama, Wanawisata Ciwidey Optimalkan Protokol Keamanan Covid-19

Suhu udara dan kelembaban memang dapat mempengaruhi lama virus hidup di luar tubuh manusia. Akan tetapi, efeknya sangat kecil jika dibandingkan dengan kontak fisik antarmanusia.

Oleh karena itu, menjaga jarak serta mencuci tangan dengan air dan sabun sangat penting untuk memutuskan mata rantai penularan Covid- 19. Itu juga merupakan langkah efektif untuk melindungi diri Anda di tempat mana pun dan dalam musim apa pun.

Tidak ada hubungan langsung pula antara perubahan iklim dan penularan Covid-19. Karena penyakit ini sudah menjadi pandemi, upaya yang dilakukan harus berfokus pada mereduksi penularan dan merawat para penderitanya.

Baca Juga: Hasil Studi, Jauhkan AC dari Ruangan ICU yang Merawat Pasien Corona

Akses ke air bersih

Akses ke air bersih dan sanitasi sangatlah esensial bagi masyarakat untuk higienitas dasar dan mengurangi penularan Covid-19. Akses ke layanan tersebut di berbagai fasilitas kesehatan sangat penting untuk mencegah infeksi sekaligus menghadirkan perawatan yang berkualitas.

Saat ini, satu dari empat fasilitas kesehatan di dunia kesulitan akses ke air bersih, yang berdampak langsung bagi lebih dari dua miliar penduduk. Perubahan iklim mengancam ketersediaan air untuk konsumsi, produksi pangan, higienitas personal, dan perawatan kesehatan.

Terkait polusi udara

Polusi udara sangat berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Polusi udara membunuh hampir tujuh juta orang setiap tahun. Polusi juga bertanggung jawab atas sepertiga kematian akibat stroke, kanker paru-paru, dan penyakit jantung.

Baca Juga: Prediksi Lazio vs Dortmund, Simak Komentar Ciro Immobile dan Simone Inzaghi

WHO menyadari bahwa upaya mengendalikan Covid-19 telah berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi. Hal ini pada gilirannya menghasilkan perbaikan kualitas udara di sejumlah kawasan yang sebelumnya sangat berpolusi.

Namun, perbaikan lingkungan tersebut, bisa berbalik arah lagi setelah langkah-langkah penanggulangan virus corona berakhir. Kecuali, ada upaya-upaya yang jelas dan fokus untuk mendorong kesehatan lingkungan, kesetaraan, dan transisi menuju ekonomi hijau.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: BMKG WHO WHO.Int

Tags

Terkini

Terpopuler