Camping di Gunung Puntang Pangalengan Tahun 1985-an, Ada Kejadian Mistik, Jadi Percaya Alam Ghaib

25 Agustus 2022, 13:52 WIB
Curug Siliwangi salah satu destinasi wisata yang berada di Gunung Puntang, tempat persinggahan Prabu Siliwangi/Instagram gunungpuntang_id /

DESKJABAR- Camping di tempat wisata Gunung Puntang Pangalengan tahun 1985-an, mengalami kejadian dil uar nalar manusia.

Pengalaman yang terjadi Gunung Puntang saat camping tersebut, semakin membuat diri percaya soal alam ghaib.

Saat itu di Gunung Puntang Pangalengan hanya kami berempat, menyusuri jalan sepi berbalut kabut tebal menambah kental aura mistik tempat ini.

Akses jalan menuju tempat wisata Gunung Puntang pada saat itu hampir sama dengan kondisi sekarang sudah beraspal.

Baca Juga: Spanduk ‘Tanah dan Bangunan Ini Disita,' Terpasang di Rumah Seorang Anggota DPRD Jabar, Mengapa?

Dari tugu Perintis Cimaung menuju ke lokasi jangan harap mendapatkan kendaraan umum dengan mudah.

Tempat wisata ini saat itu terlihat eksotik banget meskipun terasa berbeda ketika pertama menginjakan kaki, dahulu aktivitas apa yang pernah ada ditempat ini.

Pada saat itu kami berempat tidak mempercayai mistik dan kehidupan di dunia lain, padahal saat itu terasa banget aura aneh yang belum terjawab saat itu.

Perjalanan Menuju Gunung Puntang.

Berbekal informasi dari teman adanya tempat wisata yang masih perawan, kami berempat berangkat dari Stasiun Kebon Kelapa yang sekarang menjadi Mall ITC kebon kalapa.

Baca Juga: Yuk Kulineran di The Prince Sambal Majikan, Puncak, Kastil Megah dan Instagramable, Menu Makanan Lezat Lengkap

Menggunakan kendaraan bus jurusan Pangalengan turun di tugu Perintis Cimaung, dari sini sulit untuk mendapatkan angkutan umum ke arah Gunung Puntang.

Akhirnya berjalan kaki sekitar 1 jam 30 menit dengan jarak tempuh 7 km, sepanjang perjalan kiri kanan terlihat hanya sawah membentang, pepohonan dan sebagian rumah warga.

Berbeda dengan sekarang hampir sepanjang jalan berdiri rumah, sesampainya di pintu masuk menyempatkan untuk beristirahat.

Di depan pintu masuk kami beristirahat duduk diatas batu dalam pelukan kabut, menikmati pemandangan pohon pinus sebelah kiri dan hamparan sawah sebelah kanan.

Baca Juga: Banjir Menerjang, 800 Nyawa di Pakistan Melayang, Kambing Satu pun Hilang!

Tetapi sekarang sawah telah hilang dan berubah menjadi bangunan komersial serta warung warung yang berjejer.

Melanjutkan perjalanan melewati pos yang tidak dijaga, posisi pos sampai saat ini tidak ada perubahan, melintasi jembatan yang terlihat masih berdiri kokoh sampai saat ini.

Untuk mempersingkat waktu perjalanan, mengambil jalan pintas menembus pepohonan yang rapat dengan pandangan terhalang kabut.

Perjalanan terhenti tepat di susunan batu yang tidak kami ketahui sebelumnya, terlihat seperti bekas tembok rumah dengan pondasi yang utuh.

Baca Juga: Menambah Ilmu Keislaman dengan Berwisata Religi ke 2 Tempat Ziarah Populer di Kabupaten Tasikmalaya

Akhirnya ketemu jalan utama tidak jauh dari warung, disana terdapat dua warung yang berdekatan. kami pun beristirahat untuk mengembalikan stamina.

Tubuh ini terasa kaku selama perjalanan sampai ke dalam lokasi gunung Puntang, kabut tebal terus memeluk tubuh seakan tidak mau lepas.

Tetapi semua itu terasa indah apalagi ditemani kopi hangat dan gorengan seperti bala-bala, pisang goreng, gehu dan kerabatnya hehehe.

Pemilik sepasang suami istri disinilah awal mulanya mengetahui berbagai, jawaban pertanyaan yang ada di benak kami.

Baca Juga: Daftar Top Skor dan Top Assist Terbanyak BRI Liga 1 sampai Pekan Ke-6, Didominasi Pemain Asal Amerika Latin

Abah kami memanggil pemilik warung tersebut, dia menceritakan berbagai hal yang ada di tempat ini, Seperti puing-puing bangunan.

Puing bangunan itu menurutnya sisa bangunan rumah orang belanda yang hancur, dahulu tempat ini merupakan komplek perumahan orang Belanda.

Diatas sambil menunjukan jarinya terdapat kolam yang berbentuk hati, sumber airnya berasal dari bendungan kecil di atasnya.

Tepat di kolam tersebut terdapat bangunan tinggi yang terlihat sudah tidak utuh, merupakan bekas pemancar radio yang dikelola orang Belanda.

Baca Juga: Ferdy Sambo Jalani Sidang Kode Etik, 2 Jenderal 3 Kombes Jadi Saksi, Ini Peran Mereka dalam Kasus Brigadir J

Dia juga bercerita tentang puncak mega yang masih termasuk ke dalam area wisata ini, dijadikan tempat persembunyian gerombolan.

Makanya disitu sering ditemukan perhiasan hasil rampokan berupa emas, jam tangan, uang dan lain-lain. Pokoknya barang yang kecil tapi berharga.

Si abah untuk mendirikan tenda bisa di pinggir sungai atau di dekat kolam, dengan alasan memudahkan akses mengambil air.

Air sungai yang mengalir berasal dari curug Siliwangi, diberi nama Siliwangi karena disana tempat persinggahan Prabu Siliwangi.

Diapun meneruskan obrolan nya panjang lebar dan pembicaran yang teringat sampai sekarang, si abah berpesan jangan mengganggu pohon pisang yang ada disini.

Baca Juga: Daftar 4 Pelatih Klub di Kompetisi BRI Liga 1 2022/2023 yang Gugur Sampai Pekan ke-6, Terbaru Sergio Alexandre

Jarum jam menunjukan pukul 14:00 WIB mencari tempat untuk memasang tenda alakadarnya, berupa 2 buah ponco (jas hujan Batman) yang dibuat menyerupai tenda.

Akhirnya tenda dipasang dipinggir sungai yang airnya jernih mengalir, terdengar suara binatang yang tidak terlihat wujudnya.

Setelah tenda berdiri kami menyiapkan segala peralatan untuk memasak mie rebus, hujanpun turun dinginnya cuaca tempat ini semakin menusuk tulang.

Penderitaan bertambah, diatas tenda bocor dari bawah air juga masuk, kami lupa pinggir tenda tidak dibuat untuk mengalirkan air.

Akhirnya salah satu dari kami memangkas daun pisang yang ada disekitar tenda dan pinggir sungai untuk menutup atas tenda.

Baca Juga: Ferdy Sambo Mengundurkan Diri, Sidang Kode Etik Jalan Terus Menghadirkan 5 Saksi, Polri: Beda Konteks

Alhamdulillah masalah itu teratasi, jarum jam menunjukan sekitar pukul 19:00 WIB akhirnya hujan reda.

Sehingga bisa beraktivitas di luar tenda, untuk menghangatkan tubuh kami berencana membuat api unggun. Karena tidak ada kayu yang bisa dibakar.

Dua orang dari kami bergegas berangkat menuju warung, bersyukur ternyata si abah tidur diwarung.

Setelah mendapatkan dua ikat kayu bakar yang kering dan minyak tanah, hangatnya api unggun perlahan mengusir rasa dingin.

Baca Juga: NETIZEN China Soroti Romansa Kevin dan Rian Sebelum Kejuaraan Dunia BWF 2022, Banyak yang Patah Hati

Sambil bernyanyi dengan iringan gitar menjadikan suasana waktu itu tidak terlalu menyeramkan, menyanyikan lagu hits pada jamannya.

Seperti lagu dari godbless, Nicky Astria, Anggun C sasmi, Harry Mukti, Rudal Band, deddy Stanzah dan tidak ketinggalan lagu Nike Ardila.

Pokonya semua lagu dinyanyikan DO’ER-DO’ER bibir ????. Kami Pun tidur untuk untuk menyambut pagi yang disajikan Gunung Puntang.

Alam Ghaib Itu Ada

Pagi hari diatas batu sungai sambil menikmati air kopi hangat, bercerita selama perjalanan dan melewati malam yang sedikit menyiksa karena hujan.

Baca Juga: The Daddies Lolos ke Perempat Final, The Minions Gugur, Hari Ketiga Kejuaraan Dunia BWF 2022

Kami bertiga baru sadar salah satu teman kami ijin ke warung tapi sekitar 30 menit belum juga kembali, kami pun berangkat menuju warung untuk memastikan tidak terjadi apa-apa.

Menurut si abah teman kami tidak ke sini, pencarian pun dilakukan dan ditemukan diatas batu yang besar dengan posisi tengkurap.

Dengan kepala sampai leher di dalam air , semua mulai panik takut dia kehabisan napas akhirnya digotong ke pinggir sungai.

Untungnya dia masih bernapas, dengan posisi berbaring tiba-tiba dia kesurupan mata melotot dengan mengucapkan kata-kata yang terdengar aneh.

Kejadian ini pengalaman asli tanpa rekayasa penulis, dengan tangan terus mencakar tanah dan mengeluarkan suara seperti suara harimau.

Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG, Ada Barang Bukti Yosef Masih Ditahan, Kenapa? Rumah TKP Sudah Diserahkan

Yang terucap “ Kunaon silaing ngarusak imah kuring, teu karunya kuring kahujanan terus maung oge karunya tempat cicingna rusak”

Terakhir yang diucapkan meminta pertolongan prabu Siliwangi “Perabu Siliwangi tulung kudu kumaha ieu kuring”.

Dalam Bahasa Indonesia “Kenapa kamu merusak rumah saya, tidak kasihan saya kehujanan, terus macan juga kasihan tempatnya rusak” “Prabu Siliwangi tolong harus bagaimana saya ini”

Setelah tersadar dia tidak merasakan apa yang telah terjadi pada dirinya, yang dirasakan hanya pegal seluruh tubuh.

Dari situ kami teringat ucapan si Abah jangan merusakan pohon pisang, mungkin itu penyebabnya, daun pisang di ambil buat penutup tenda yang bocor.

Baca Juga: Baca Doa Minta Ampunan Dosa Ini Waktu Sujud Segala Dosa Bisa Terampuni, Berikut Ini Teks Bacaannya

Terus anehnya kepala di dalam air tidak pingsan atau meninggal kehabisan napas, tapi setelah direbahkan langsung ngoceh kesurupan.

Setelah kejadian itu kami berkemas untuk pindah tempat, tempat yang dipilih di pinggir kolam. Kami pun mengalami keanehan kedua kalinya.

Akan tetapi kejadian ini tidak membuat kami takut, kejadian diluar logika ini dialami salah satu dari kami saat melaksanakan sholat ashar.

Dia melaksanakan shalat tepat di depan kami pada saat itu sedang membuat mie rebus dan kopi, setelah berwudhu dia pun mulai sholat.

Salah satu teman memberitahu kenapa sholat bergerak posisinya, setelah mengerjakan sholat teman kami mengingatkan dia kenapa sholat gerak.

Baca Juga: Sedulur Papat Limo Pancer Diyakini Masyarakat Jawa Bukanlah Mitos, Menurut Primbon Jawa

Dia Pun menceritakan ketika sholat merasa ada yang menggerakan ke arah yang lain, mungkin awalnya sholat salah arahnya.

Keesokan harinya sebelum pulang kami menyempatkan mampir ke warung abah, dan menceritakan semua kejadian yang dialami.

Teman saya menanyakan arah kiblat di Gunung Puntang ini yang benar kemana, si abah menunjukan arah kiblat yang persis ke arah dimana teman saya berbalik arah.***

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler