Hasil Sidang Isbat Diumumkan, Bolehkan Tentukan Awal Puasa Tak Mengikuti Pemerintah? Buya Yahya Menjelaskan

1 April 2022, 21:42 WIB
Buya Yahya jelaskan soal perbedaan menentukan awal puasa Ramadhan 2022. /YouTube/Al Bahjah TV/

DESKJABAR - Hasil sidang isbat telah diumumkan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil melalui press conference pada Jumat, 1 April 2022.

Berdasarkan keputusan sidang isbat, awal puasa Ramadhan 2022 jatuh pada hari Minggu, 3 April 2022.

Itu berarti ada perbedaan antara awal puasa Ramadhan Muhammadiyah dengan pemerintah.

Namun, perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan antara Muhammadiyah dengan pemerintah bukanlah yang pertamakalinya.

Baca Juga: KASUS TANGMO NIDA TERBARU, Dokter Pornthip Galang People Voice Lawan Mr VVIP

Ini merupakan hal biasa yang tak perlu diperdebatkan, apalagi metode dalam menentukan hilal antara pemerintah dan Muhammadiyah berbeda.

Dilansir Deskjabar dari kanal YouTube Al Bahjah TV, pada video yang diunggah 7 Juni 2016, berjudul "Bolehkah Tidak Mengikuti Rukyah Hilal Di Negara Sendiri?" Buya Yahya memberikan penjelasan mengenai perbedaan penetapan 1 Ramadhan.

"Permulaan awal bulan di dalam Islam adalah dengan cara rukyahtul hilal. Melihat rembulan oleh ahlinya di tempat yang sudah ditentukan," katanya.

Baca Juga: Terdapat Perbedaan Awal Puasa Ramadhan 2022, Menteri Agama Yaqut Berikan Pesan untuk Umat Islam Indonesia

"Menurut jumhur ulama, bahwasannya setiap wilayah itu punya tempat untuk melihat hilal yang berbeda dengan tempat yang lain. Sehingga mungkin sekali terjadi perbedaan hari awal bulan," sambungnya.

Buya Yahya mengatakan tak ada yang harus dipermasalahkan terkait perbedaan penentuan awal Ramadhan.

"Itu wajar bagi orang yang ngerti ilmu gak ada masalah," katanya.

Sementara, berbeda dengan pendapat dari Imam Malik. Menrurut Buya Yahya, Imam Malik berpendapat bahwasannya selagi sudah dilihat hilal di suatu tempat di tempat yang mengiringinya boleh mengikutinya.

Baca Juga: SEPERTI DI INDONESIA, Sidang Isbat di Malaysia juga Memutuskan 1 Ramadhan Dimulai Minggu, 3 April 2022

"Jadi sebetulnya hal ini ringan-ringan saja, tidak ada masalah tiba-tiba ada orang Indonesia ikut negeri yang lain ya gak apa-apa, cuma aneh kalau kamu mahzabnya Imam Syafi'i kok ikut mahzab lain," jelas Buya Yahya.

Perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan menurut Buya Yahya adalah khilaf di antara para ulama.

"Sehingga antara keseragaman tanggal 1 adalah khilaf. Jika sudah masalah khilaf maka serahkan kepada pemerintah," katanya.

Baca Juga: Nahdlatul Ulama (NU) Mengumumkan Awal Puasa Ramadhan 1443 H Jatuh Pada Minggu 3 April 2022

Buya Yahya mengatakan jika sudah pemerintah mengambil keputusan dari pendapat-pendapat yang berbeda maka wajib untuk dipatuhi.

"Kalau seandainya negara kita mengambil keputusan ikut rukyah yang bukan di Indonesia, ikut mahzab lain maka kita wajib mengikuti," kata Buya Yahya.

"Semestinya, hendaknya kita ini nunggu apa yang dikatakan pemerintah. Sebab pemerintah gak ada kepentingan politik di sini," sambungnya.

 

Baca Juga: MENGEJUTKAN, KASUS SUBANG TERUNGKAP, YOSEP dan DANU Sudah Mengetahui Pelakunya, Mengapa Masih Belum Terungkap?

Menurut Buya Yahya menyerahkan hal ini kepada pemerintah adalah keputusan terbaik, pasalnya pihak pemerintah pasti memiliki peralatan yang lengkap dan tenaga ahli untuk melihat hilal.

"Negara yang lebih bisa untuk hal ini, karena perangkatnya lengkap. Maka dalam hal ini kami himbau kepada warga Indonesia, dengar apa kata pemerintah," kata Buya Yahya.

Jika pun berbeda dengan keyakinan anda, maka janganlah diekspos untuk dirimu dan keluargamu.

"Ini gak ada urusan organisasi NU dan Muhammadiyah, hukum memang begitu, kalau sudah hakim mengambil keputusan gak boleh kita berbeda di bawahnya lagi," tandasnya.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: YouTube Al Bahjah TV

Tags

Terkini

Terpopuler