Ramadhan 2022 Sebentar Lagi, Munggahan Itu Tradisi atau Ibadah? Begini Kata Mamah Dedeh

21 Maret 2022, 21:31 WIB
Ramadhan 2022 sebentar lagi, Mamah Dedeh menjelaskan hukum munggahan, apakah itu tradisi atau ibadah. /Screenshot Youtube VDVC religi/

 

 

DESKJABAR - Ramadhan 2022 sebentar lagi, sebagian umat muslim selalu menyambutnya dengan munggahan. Lalu munggahan itu sendiri adalah tradisi atau ibadah? Berikut penjelasan Mamah Dedeh terkait hal ini.

Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslimin di seluruh dunia.

Ramadhan adalah bulan mulia dan agung, dimana didalamnya terdapat banyak keberkahan dan ampunan Allah SWT.

Baca Juga: Inilah Cara Menghitung Denda Puasa Ramadhan yang Bertahun-Tahun Terlewat, Buya Yahya Menjelaskan

Saking istimewanya bulan Ramadhan, sebagian kaum muslim khususnya di Indonesia selalu menyambut Ramadhan dengan munggahan.

Munggahan itu sendiri merupakan kebiasaan yang dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan, yang biasanya dilakukan dengan berkumpulnya seluruh anggota keluarga dan diisi dengan acara berdo'a bersama, berkumpul, dan makan-makan.

Adapun untuk hukum munggahan itu sendiri apakah merupakah sebuah ibadah atau tradisi saja?

Dikutip DeskJabar.com dalam kanal YouTube Indosiar Visual Mandiri yang dipublikasikan dengan judul "Mamah dan Aa Beraksi, Munggahan Itu Tradisi atau Ibadah?" pada 13 Mei 2018, Mamah Dedeh Menjelaskan terkait hal tersebut.

Baca Juga: Ramadhan 2022 Sebentar Lagi, Inilah Hukum Puasa Bagi Ibu Hamil dan Menyusui, Kata Ustadz Adi Hidayat

Dalam ceramahnya Mamah Dedeh menjelaskan bahwa munggahan merupakan tradisi atau sebuah budaya, dalam Islam tidak ada namanya munggahan.

"Budaya ini berasal dari orang Jawa Barat, orang Sunda," ucap Mamah Dedeh.

Dimana sebutan Munggahan itu sendiri berasal dari kata 'unggah' yang berarti naik.

Kenapa disebut munggah? Karena Ramadhan merupakan bulan yang agung, dan mulia. Dimana orang yang beribadah di bulan Ramadhan ini diberikan rahmat dan magfiroh dari Allah SWT, jelas Mamah Dedeh.

Bahkan, Mamah Dedeh menjelaskan bahwa orang yang mengerjakan ibadah sunnah di bulan Ramadhan, pahalanya sama dengan ibadah wajib.

Baca Juga: China Eastern 737 Jatuh, Nasib 132 Orang di Pesawat Belum Diketahui, Kepingan Pesawat Ada di Lereng Gunung

Sedangkan orang yang melaksanakan ibadah wajib, pahalanya bisa menjadi sepuluh kali lipat bahkan seratus kali lipat, jelas Mamah Dedeh.

Di dalam bulan Ramadhan terdapat satu malam yang sangat agung dan tak ada tandingannya, dalam Al-Qur'an pun disebutkan bahwa malam ini lebih baik dari seribu bulan, malam yang dimaksud adalah malam Lailatul Qodar.

Sebelum bulan Ramadhan kita terlebih dahulu melewati bulan Sya'ban, sehingga dari bulan Sya'ban ke bulan Ramadhan itu adalah proses naik makanya disebut denggan Unggah, akan tetapi karena kebiasaan orang sunda selalu memakai huruf M di awal dan kata -an di akhir, maka berubah menjadi sebutan Munggahan, Jelas Mamah Dedeh.

Baca Juga: Adab Ziarah Kubur Jelang Puasa Ramadhan, Jangan Lakukan Ini Jika Tidak Ingin Musyrik Kata Ustadz Abdul Somad

Jadi, Munggahan itu bukan Syari'at Islam, tidak ada ayat Al-Qur'an atau pun hadist yang menyebutkan tentang keharusan munggahan jelas Mamah Dedeh.

"Munggahan yang saya alami saat waktu kecil pada tahun 60'an, itu semua panci di rumah dikeluarin, dibersihin, rumah dirapihkan termasuk di cat, Itu tradisi munggahan," jelas Mamah Dedeh.

"Ada juga tradisi munggahan itu makan-makan, seluruh keluarga yang diluar kota pun ikut makan-makan, pada satu atau dua hari menjelang puasa. Ada yang makan-makan di sawah, ditiker depan kali, rame-rame mereka makan," jelas Mamah Dedeh.

Selanjutnya Mamah Dedeh menyebutkan bahwa melaksanakan tradisi ini tidaklah masalah, sebab tradisi ini memiliki banyak hikmah.

Baca Juga: Hutang Segunung Pun Lunas, Hidup Lebih Tenang, Cukup Baca 1 Doa ini Ustadz Adi Hidayat Menjelaskan

Hikmahnya apa? Yaitu silaturahmi, dimana dalam kesempatan tersebut kita semua dapat berkumpul bersama-sama serta bertukar makanan yang bisa meningkatkan kerukunan dan kebersamaan antar anggota keluarga, jelas Mamah Dedeh.

Sehingga, meskipun munggahan ini hanya sebatas tradisi dan kebudayaan orang Jawa Barat khususnya orang Sunda dalam menyambut bulan suci Ramadhan, akan tetapi tradisi munggahan ini memiliki manfaat yang banyak, jelas Mamah Dedeh.

"Diantaranya bisa bersilaturahim, bisa bercengkrama, saling bermaaf-maafan, lalu membersihkan rumah kita," ucap Mamah Dedeh.

Dimana pada akhirnya saat kita menghadapi bulan Ramadhan, hati kita bersih tidak ada dendam, tidak ada kesal terhadap orang, karena sudah bersilaturahmi, bercengkrama, dan berbaikan kembali apabila kita dulu kita sempat bertengkar dengan keluarga atau pun tetangga, jelas Mamah dedeh.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler