Atmosfir penonton di Istora menjadi sangat tegang apalagi kedua negara baru saja terlibat konflik politik dari tahun 1962 hingga 1966.
Pada hari pertama dari 4 partai yang dipertandingkan, Indonesia tertinggal 1-3, dan satu-satunya kemenangan bagi tuan rumah dibuat Rudi Hartono yang mengalahkan Tan Aik Huang 15-6, 15-8.
Pada pertandingan hari kedua, pemain-pemain tuan rumah berhasil mengejar ketinggalan menjai 3-4 saat dua parrai tunggal atas nama Rudi Hartono dan Muljadi mencatat kemenangan.
Di laga ke delapan yang memainkan ganda putra antara Muljadi/Agus Susanto melawan ganda Malaysia nomor 1 dunia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan, tim tuan rumah berada di ujung tanduk.
Jika partai ini dimenangkan Malaysia, praktis negeri jiran itu berhak meraih Piala Thomas. Apalagi di partai yang sangat menentukan tersebut, pasangan Muljadi/Agus juga berada di ujung tanduk.
Kalah mudah 2-15 di set pertama, dan ketinggalan jauh 2-10 di set kedua, membuat para penonton tuan rumah melakukan provokasi dan teror kepada para pemain Malaysia. Akibatnya, pasangan Muljadi/Agus balik menang di set kedua 18-13.
Saat menjelang dimulainya set ketiga yang menentukan itulah, Herbert Scheele memangil wasit pertandingan asal Denmark, Tom Bacher, dan memanggil Ketua PBSI, Padma Sumasto, sambil berdiri dan bertolak pinggang.
Scheele secara kontroversi meminta pertandingan tidak dilanjutkan karena dinilai tidak kondusif. Dan memutuskan partai sisa dilanjutkan keesokan harinya tanpa penonton.