KENANGAN TAHUN 1980-AN, Sahur Ramadhan Sambil Nonton Piala Dunia 1982

- 12 April 2021, 20:45 WIB
Kiper Jerman Barat, Harald Schumacher (kaos merah) dengan pemain Prancis, Maxime Bossis (kaos biru) pada semifnal Piala Dunia 1982, di Sevilla, Spanyol,  difoto oleh Masahide Tomikoshi.
Kiper Jerman Barat, Harald Schumacher (kaos merah) dengan pemain Prancis, Maxime Bossis (kaos biru) pada semifnal Piala Dunia 1982, di Sevilla, Spanyol, difoto oleh Masahide Tomikoshi. /Twitter tphoto @tphoto2005 TOMIKOSHI PHOTOGRAPHY/

DESKJABAR – Momen suasana bulan Ramadhan pada zaman dahulu banyak memunculkan kenangan bagi masyarakat, termasuk era tahun 1980-an, atau istilahnya era tahun 80-an.

Salah satunya, adalah penyelenggaraan turnamen sepakbola Piala Dunia 1982 di Spanyol, yang berlangsung pada 13 Juni 1982 s.d 11 Juli 1982. Pada Piala Dunia 1982 diikuti 24 tim negara, pertandingannya kemudian dilakukan saat memasuki bulan Ramadhan 1403 H.

Penyelenggaraan Piala Dunia 1982, yang boleh dikatakan mulai “menggilanya” penonton sepakbola di dunia, merupakan salah satu kenangan tahun 1980-an.

Masyarakat di Indonesia, kemudian menonton Piala Dunia 1982 sekaligus menunggu sahur Ramadhan 1403 H. Saat itu, awal puasa pada Ramadhan 1403 H, adalah pada 22 Juni 1982, dimana babak penyisihan pertama sudah berlangsung sembilan hari.

Baca Juga: Polisi Menangkap Pria di Pasar Caringin Bandung, Karena Menembakan Senjata Api Pistol, Padahal Hanya Air Gun

Di Spanyol, selisih waktu dengan di Indonesia adalah lebih lambat lima jam dari Indonesia. Ketika itu, pada tanggal 21 Juni 1982 di Spanyol, pada pukul 21.00 waktu negara itu, di Indonesia sudah masuk tanggal 22 Juni pukul 02.00 dini hari di Indonesia.

Beberapa siaran langsung pertandingan dilakukan pukul 02.00 dini hari. Begitu pertandingan selesai, kemudian bersiap-siap sahur Ramadhan 1403 H.

Pada waktu itu, pertandingan Piala Dunia 1982 disiarkan oleh satu-satunya televisi di Indonesia, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Namun siaran pertandingan Piala Dunia 1982, hanya sebagian yang dapat dilakukan secara langsung.

Saat bulan Ramadhan 1403 H lebih dahulu dimasuki di Indonesia, orang-orang menonton siaran langsung pertandingan antara Honduras vs Irlandia Utara yang hasilnya 1-1. Malam harinya, dilakukan pertandingan antara di Grup I antara Polandia vs Peru dimana skornya 5-1.

Baca Juga: Umat Islam di China Mulai Puasa Ramadhan 1442 H, Selasa 13 April 2021

Pemain Italia, Paolo Rossi mengangkat thropy Piala Dunia  1982, setelah Italia mengalahkan Jerman Barat 3-1 oada final, di  Madrid, Spanyol 11 Juli 1982. Dok FIFA
Pemain Italia, Paolo Rossi mengangkat thropy Piala Dunia 1982, setelah Italia mengalahkan Jerman Barat 3-1 oada final, di Madrid, Spanyol 11 Juli 1982. Dok FIFA

Nonton bareng

Pada masa-masa era tahun 80-an, sebagian masyarakat di Indonesia, termasuk di Jawa Barat, belum seluruhnya menikmati sambungan listrik. Masih cukup banyak, rumah-rumah warga menggunakan sumber tenaga dari accu atau aki bekas mobil untuk menyalakan televisi.

Sebagian masyarakat yang belum memiliki televisi, kemudian menonton ramai-ramai jika ada warga yang menyediakan tivi untuk ditonton bersama alias nonton bareng. Jadi pada masa itu, orang-orang sudah ada nonton bareng Piala Dunia.

Ada bahan perbincangan penonton sepakbola dunia pada Piala Dunia 1982, yaitu kasus “main sabun” antara Jerman Barat dengan Austria di Grup II, untuk menyisihkan Aljazair. Padahal, Aljazair boleh dikatakan pertama mencatat sejarah sepakbola dunia, yang merupakan tim underdog mampu mengalahkan Jerman Barat 2-1.

Kemudian pada babak semifinal, juga ramai tabrakan yang dilakukan penjaga gawang tim Jerman Barat, Harald Schumacher terhadap pemain Prancis, Patrick Batiston. Tim Jerman Barat kemudian lolos ke final dengan menang adu penalti 5-4, namun kemudian kalah di final dari Italia 1-3.

Baca Juga: Ramadhan 2021, Masjid Agung Al Azhar Batasi Jamaah Sholat Tarawih 500 0rang

Para penonton saat itu mengenal nama-nama pemain bintang berbagai tim yang berlaga di Piala Dunia 1982, seperti Maradona (Argentina), Karl Heinz Rummenigge (Jerman Barat), Paolo Rossi (Italia), Michel Platini (Prancis), Zico (Brazil), Kevin Keegan (Inggris), Zbigniew Boniek (Polandia), dll.

Namun kemudian, karena seringnya masyarakat nonton pertandingan yang berlangsung malam hari dan dini hari, secara otomatis lingkungan menjadi terjaga. Selama penyelenggaraan Piala Dunia 1982, tingkat pencurian sangat sedikit.

Namun setelah usai Piala Dunia 1982 di Spanyol, dimana waktunya sudah mendekati Idul Fithri, tingkat pencurian marak lagi di Kota Bandung.

Banyak tergila-gila

Ada catatan, dimana penyelenggaraan Piala Dunia 1982 di Spanyol atau popular dengan nama Espana 82, banyak dijuluki masyarakat di Amerika Serikat sebagai world cup frenzy alias “kegilaan piala dunia” seperti menjadi sampul majalah Time terbitan masa itu.

Baca Juga: Kenangan Tahun 1980-an, di Bandung, Semarak Hobi Merangkai dan Membuat Barang-barang Elektronik

Sebab, gairah dan sambutan penonton dunia, termasuk di Indonesia terhadap Piala Dunia 1982 sangat antusias.

Di Kota Bandung saja, saat itu, bukan hanya orang-orang dewasa yang ramai mengobrolkan Piala Dunia 1982, juga sampai anak-anak. Bahkan, mendadak banyak pertandingan sepakbola oleh anak-anak kelas Sekolah Dasar, walau sedang berpuasa, namun mereka kuat.

Semaraknya Piala Dunia 1982, rupanya ikut membuat sejumlah toko olahraga ternama di Kota Bandung, menjadi laris penjualan kostum sepakbola berupa kaos dan celana. Yang sedang paling popular saat itu, adalah merek Adidas dan Puma yang asli, dengan dibeli oleh orang-orang punya uang cukup.

Baca Juga: KENANGAN TAHUN 1980-an, Ngebreak Radio Komunikasi Pernah Sebagai Alat Pacaran di Udara

Larisnya penjualan kaos dan celana sepakbola juga sampai kepada toko-toko olahraga yang menjual tiruannya. Bahkan, mamang-mamang penjual keliling dengan tanggungan pun, juga laris jualan kaos dan celana sepakbola.

Julukannya waktu itu terhadap kaos-kaos dan celana sepakbola tiruan, adalah “Aadidasan” dan “Pupumaan”. Bahkan untuk menghindari klaim dari produsen asli, ada pula yang menukarkan model strip ala Adidas dengan cap Puma, begitu pula sebaliknya, strip ala Puma dicap Adidas.

Sejak era tahun 80-an itulah, kostum-kostum tim sepakbola, terutama kaos dan celananya, menjadi popular banyak digunakan orang-orang dalam keseharian saat santai. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah