DESKJABAR - Setelah melalui investigasi lebih dari 1 bulan, penyebab tabrakan maut Kereta Api 350 Commuterline Bandung Raya dan KA 65A Turangga relasi Surabaya Gubeng–Bandung di Cicalengka, Bandung, Provinsi Jawa Barat, Jumat, 5 Januari 2024, akhirnya terungkap.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan penyebabnya adalah anomali berupa uncommanded signal antara Stasiun Cicalengka dengan Stasiun Haurpugur di Jawa Barat.
"Jadi, anomali berupa uncommanded signal serupa sebenarnya sudah terjadi beberapa kali sejak Agustus 2023," kata Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian KNKT Gusnaedi Rachmanas dalam konferensi pers 'Laporan Akhir Hasil Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian', di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat, 16 Februari 2024, malam.
Menurut Gusnaedi, anomali berupa uncommanded signal antara Stasiun Cicalengka dengan Stasiun Haurpugur di Jawa Barat tersebut tidak ditindaklanjuti lebih jauh. Akibat kondisi tersebut, selalu dilakukan reset atau pengaturan ulang agar pelayanan kereta api dapat dilakukan kembali.
Ia menjelaskan bahwa pengaturan ulang adalah tatkala petugas menghapus blok atau perintah yang dirasa tidak pernah dilakukan oleh masing-masing petugas yang terkait.
"Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) yang berdinas pada saat itu mungkin sadar (ada anomali)," ucap Gusnaedi.
Ia memperkirakan, petugas yang menyadari adanya anomali berupa uncommanded signal lantas berkomunikasi dengan PPKA yang berada di sisi lain, lalu menghapus blok yang tidak pernah dimintakan.
"Namun, anomali yang terjadi empat kali ini, tidak tercatat atau tidak teridentifikasi sebagai gangguan blok, sehingga tidak tercatat pada laporan gangguan persinyalan," tutur Gusnaedi.
Yang tercatat di laporan pergantian shift, kata dia melanjutkan, hanyalah pemberitahuan bahwa tombol reset sudah terpakai.
Ia menyampaikan keterangan tersebut terkait laporan akhir tim investigasi KNKT yang menunjukkan bahwa anomali berupa uncommanded signal menjadi penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka, Jawa Barat yang melibatkan Kereta Api 350 Commuterline Bandung Raya dan KA 65A Turangga relasi Surabaya Gubeng–Bandung.
Faktor confirmation bias
Selain anomali sinyal tersebut, Gusnaedi juga menyebutkan adanya faktor confirmation bias yang turut berkontribusi dalam kecelakaan tersebut.
Confirmation bias, kata dia menjelaskan, mempengaruhi proses pengambilan keputusan PPKA Stasiun Cicalengka dan PPKA Stasiun Haurpugur untuk memberangkatkan kereta api dari masing-masing stasiun.
Seperti diberitakan, tabrakan maut Kereta Api 350 Commuterline Bandung Raya dan KA 65A Turangga relasi Surabaya Gubeng–Bandung di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 5 Januari 2024, menelan 4 korban jiwa yang semuanya merupakan petugas KA.
Sementara itu, total penumpang KA Turangga sebanyak 287 orang dan KA Commuterline sebanyak 191 penumpang, selamat. Akan tetapi, terdapat 22 penumpang yang luka ringan dan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan.***