Bustanul menyebutkan bahwa Juli hingga September 2023 Indonesia mengalami deficit beras mencapai 420 ribu ton.
Bahkan dalam sebuah diskusi virtual yang berlangsung Maret lalu, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Maino Dwi Hartono mengungkapkan data perkiraan produksi beras tahun ini.
Maino mengemukakan bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Bapanas, diperkirakan Indonesia akan mengalami defisit beras selama sembilan bulan.
"Prognosa produksi dan ketersediaan beras kami menunjukkan sembilan bulan ini (produksi beras) defisit. Tapi ini data sementara, artinya data ini bergerak setiap bulan sesuai update dari BPS," ujarnya ketika itu.
Maino menambahkan, deficit beras sepanjang tahun 2023 ini terjadi pada Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan desember 2023. Sedangkan di bulan Februari, Maret dan April, Indonesia mengalami surplus karena panen raya.
Adapun daftar defisit dan perkiraannya adalah
- Januari : 815.775 ton
- Mei : 383.936 ton
- Juni : 182.039 ton
- Juli : 76.527 ton
- Agustus : 413.976 ton
- September : 188.990 ton
- Oktober : 343.703 ton
- November : 728.245 ton
- Desember : 1,29 juta ton
Data BPS, realisasi produksi beras Indonesia sepanjang Januari-Juni 2023 diperkirakan 18,4 juta ton. Sementara proyeksi produksi pada Juli-September 2023 berkisar 7,24 juta ton. Dengan demikian, produksi beras sepanjang Januari-September 2023 diproyeksikan 25,64 juta ton. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan produksi beras periode sama tahun lalu yang tercatat 26,17 juta ton.
Saluran Air Rusak
Kondisi ini kian diperpah dengan terjadinya kerusakan saluran air tersier yang terjadi di Karawang. Akibatnya, sekitar 1000 hektar terganggu. Hal itu sawah dikhawatirkan mengganggu produksi beras di Karawang yang selama ini dikenal sebagai lumbung padi nasional.