Tahun 2050, Populasi Ikan di Laut Lebih Sedikit Dibandingkan Sampah Plastik

- 22 Maret 2023, 13:51 WIB
Kebiasaan sembarangan membuang sampah plastik di air, bisa berdampak pencemaran lingkungan dan mengamcam populasi ikan.
Kebiasaan sembarangan membuang sampah plastik di air, bisa berdampak pencemaran lingkungan dan mengamcam populasi ikan. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Lautan merupakan sumber kehidupan manusia yang penting, diantaranya untuk kehidupan biota laut termasuk ikan. Tetapi, ada kekhawatiran, lingkungan hidup laut semakin tercemar akibat banyaknya sampah botol plastik yang dibuang.

Ada yang mengkhawatirkan, bahwa tahun 2050, di laut populasi ikan menjadi lebih sedikit dibandingkan sampah plastik yang semakin banyak sehingga merusak lingkungan hidup.

 

Disebutkan, jika manusia tidak melakukan pengendalian jumlah sampah plastik, beresiko terjadi kerusakan ekosistem di seluruh dunia.

Baca Juga: Tol Getaci Jangan Berdampak Bencana Lingkungan Hidup di Priangan Jawa Barat

Dampak terhadap lingkungan 

Beberapa perkiraan menunjukkan, bahwa pada tahun 2050, mungkin ada lebih banyak plastik daripada ikan di lautan dunia. Kondisi demikian, berdampak menghancurkan bagi satwa liar dan sumber daya air yang menjadi sandaran semua orang dan hewan.

Soal analisis kondisi laut tahun 2050 tersebut, muncul dari perusahaan Waterlogic Cullihan Company Australia, yang mensinyalir, produksi air kemasan merupakan penyumbang utama pemanasan global. Jika tidak membatasi produksi ini, akan memperburuk efek global dari perubahan iklim.

Mereka mengkhawatirkan, bahwa pada tahun 2050 atau 27 tahun mendatang sejak tahun 2023 ini, jumlah sampah plastik di laut menjadi mengalahkan jumlah ikan. Sebab, ruang hidup para ikan menjadi terdesak sampah plastik.

Baca Juga: PTPN VIII Gunakan Mesin Petik Listrik di Perkebunan Teh, Produksi Ramah Lingkungan

Boleh jadi, perhitungan itu juga berkaitan promisi industri dari bisnis dari perusahaan tersebut yaitu produk-produk barang plastik berkelanjutan.

Tetapi pada sisi lain, ada sebenarnya ada benarnya pula. Yaitu, untuk menyadarkan bahwa manusia jangan membuang sampah plastik ke laut, tetapi bisa didaurulang untuk dijadikan barang bermanfaat.

Disebutkan pula, salah satu sumber ledakan sampah plastik adalah aktivitas populasi orang di bandara dan tempat konser. Di bandara maupun ketika ada konser, membuat terjadi pembuangan sampah kemasan botol plastik begitu saja.

Baca Juga: Mobil Listrik, Solusi Bersih atau Ancaman Tersembunyi bagi Lingkungan?

Yang menjadi keliru, adalah botol-botol plastik sekali pakai itu kemudian dibuang ke laut. Efeknya, membuat laut menjadi sangat cepat menjadi tumpukan sampah botoh plastik sekali pakai.

Yang terjadi kemudian, lautan menjadi tercemar dan menyebabkan kerusakan yang tak terhitung bagi satwa liar dan lingkungan secara keseluruhan. Terlebih lagi, produksi botol air plastik berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Solusi di Indonesia dan Australia 

Mensikapi soal botol plastik, di sejumlah negara, termasuk di diketahui bahwa ada upaya solusi. Di Indonesia, misalnya menjadikan sampah botol-botol plasti didaur ulang menjadi barang-barang berguna.

Baca Juga: Mobil Listrik: Solusi Atau Ancaman? Dampak Lingkungan, Polemik Baterai Jadi Fokus Perhatian

Tetapi di Australia, pemerintah menerapkan larangan penggunaan botol plastik di kota dan negara bagian. Mereka menganjurkan beralih kembali ke botol yang dapat digunakan kembali.

Sementara itu, organisasi Yayasan Plastic Soup menyebutkan pembahasan soal sampah plastik bagi kesehatan manusia, akan dibahas pada Health Summit, April 2023.

Ahli toksikologi Prof. dr. Dick Vethaak mengatakan, bahwa sampah plastik berurusan dengan masalah kesehatan manusia. Dunia sudah dikelilingi oleh plastik, sebagian besar furnitur, pakaian, elektronik, dan kemasan makanan kita dibuat darinya.

Dibahas pula soal kemungkinan kampanye kembali menggunakan bahan-bahan manufaktur lama seperti kertas, kaca, dan kapas, yang dianggap lebih bisa terkendalikan untuk menghindari pencemaran lingkungan dan menjaga kesehatan. ***

 

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: plastichealthcoalition.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x