FAKTA SEJARAH Detik-detik Pengangkatan Jenazah 7 Jenderal dari Lubang Buaya Korban G30S-PKI

- 6 September 2022, 07:14 WIB
Masih ingat gerakan Gestapu atau gerakan G30S-PKI  tewaskan 7 Jenderal yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat itu?
Masih ingat gerakan Gestapu atau gerakan G30S-PKI tewaskan 7 Jenderal yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat itu? /instagram @feb.umi.makassar/

 

DESKJABAR - Masih ingat gerakan Gestapu atau gerakan G30S PKI tewaskan 7 Jenderal yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat itu?

Peristiwa keji penganiayaan ke-7 jenderal terbaik yang dimiliki TNI, mereka harus meregang nyawa dalam membela tanah air dari paham komunis.

Ke-7 Jenderal yang tewas di Lubang Buaya itu kemudian diabadikan sebagai Pahlawan Revolusi.

Inilah detik-detik pengangkatan ke-7 Jenderal yang dimasukan ke sumur tua di Kampung Lubang Buaya Jakarta.

Baca Juga: Doa Susah Tidur dan Gelisah dalam Islam Bahasa Arab dan Artinya

Pada Sabtu 2 Oktober 1965 siang hari di daerah Halim saat itu di bawah kolong truk, agen polisi Sukitman ditemukan oleh resimen Tjakrabirawa dibawah Pimpinan Kapten Eko.

Resimen Tjakrabirawa ini dengan pasukan RPKAD dan lainnya sedang mencari jenderal-jenderal yang hilang juga mengejar pasukan penculik yang telah kabur.

"Pasukan penculik itu akhirnya diketahui ada oknum Tjakrabirawa yang terlibat langsung dalam peristiwa itu," kata Adi Channel di kanal YouTubenya.

Berawal ditemukannya Sukitman kemudian dibawa ke markas Tjakrabirawa, yang waktu itu berada di sebelah Istana Merdeka.

Baca Juga: Review Preman Pensiun 6 Episode 14, Cecep Kebingungan Dengan Rencana Kang Mus Sepulang Dari Garut

Pak Sukitman diperiksa dan diinterogasi oleh Letnan Kolonel Ali Abram perwira intelijen Resimen Tjakrabirawa.

Penemuan jenazah ke-7 anggota TNI Angkatan Darat memang tidak lepas dari peran dan kesaksian agen polisi pak Sukitman sebagai saksi kunci juga korban penculikan yang berhasil selamat dalam peristiwa besar itu.

Pak Sukitman menceritakan, di hari sebelumnya yaitu Kamis malam 30 September 1965, dirinya sedang tugas patroli di sekitar Jalan Iskandarsyah untuk mengamankan situasi sekitar.

"Dimana saat itu di sekitaran guest house tempat tamu negara yang rencananya akan menghadiri hari ulang tahun TNI 5 Oktober 1965," kata Adi.

Baca Juga: Review Preman Pensiun 6 Episode 14, Remon Menghajar Anak Buah Willy di Terminal, Cecep Bikin Strategi Baru

Dan lokasi patroli Sukitman itu dekat dengan rumah Jenderal D.I Panjaitan yang ada di Jalan Sultan Hasanudin.

Waktu jelang Subuh sudah masuk hari Jumat 1 Oktober 1965 terdengar suara-suara tembakan dan mengarahkan perhatian Sukitman ke rumah Jenderal D.I Panjaitan yang merupakan salah satu target penculikan.

Ketika baru sampai di lokasi, Sukitman langsung ditodong senjata dan kemudian diculik untuk dibawa ke Kampung Lubang Buaya oleh komplotan pasukan penculik bersama dengan jasad D.I Panjaitan.

Di Minggu 3 Oktober 1965 di lokasi Kampung Lubang Buaya, Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa Mauli Saelan bersama Letnan Kolonel Ali Abram dan dibantu lainnya sudah mulai mencari titik lokasi yang dimaksud pak Sukitman.

Tidak lama berselang pasukan RPKAD bersama pak Sukitman dan Kapten Subardi Ajudan Jenderal Ahmad Yani datang ke Lubang Buaya.

Setelah mendapat penjelasan dan dicocokkan dengan keterangan pak Sukitman, maka penggalian kembali dilakukan dengan berfokus ke titik mencurigakan itu.

Saat penggalian sumur timbunan yang ada di dalamnya banyak berisi sampah dedaunan, potongan kayu dan batang pohon pisang, hal ini meyakinkan pihak militer kalau sumur itu memang lokasi yang mereka cari-cari.

Ketika hari menjelang petang di sekitar kedalaman 7-8 m, penggalian semakin berat karena mulai tercium bau anyir yang sangat menyengat.

Tapi penggalian terus dilakukan, warga secara bergantian hingga tengah malam jelang 4 Oktober, di kedalaman 10-12 meter, Suparyono salah seorang warga yang sejak awal membantu menggali di dalam sumur, menemukan kaki manusia yang menjungkit ke atas.

Ia pun kemudian pingsan dan ditarik ke atas untuk kemudian diistirahatkan di salah satu rumah yang ada di sekitar lokasi.

Bau busuk dan kondisi yang sudah tak memungkinkan, membuat penggalian dihentikan sementara sekitar pukul 01.00 WIB dinihari 4 Oktober 1965.

Supaya pengangkatan jenazah dapat dilanjutkan Kostrad minta bantuan Korps Komando Pasukan Elit Kompi lntai para amfibi atau yang disingkat Kipam.

Beserta alat bantu menyelam dan oksigen, pagi harinya Senin 4 Oktober 1965 proses pengangkatan jenazah kembali dilakukan tapi pasukan elit Kipam yang sebenarnya sudah hadir sejak subuh, dicegah untuk masuk ke area Lubang Buaya.

"Mereka baru bisa masuk setelah Mayjen Soeharto dan petinggi-petinggi lainnya tiba di Lubang Buaya," kata Adi

Penggalian pun kembali dilakukan, tengah hari sekitar pukul 12.05 WIB penggalian mulai menemukan hasil, yaitu penemuan jenazah yang ada paling atas berhasil diangkat dan itu adalah jasad Letnan Satu Piere Tendean ajudan muda Jendral Abdul Haris Nasution.

Pengangkatan jenazah selanjutnya sempat mengalami kesulitan karena jenazahnya terjepit oleh jenazah lainnya. Maka dua jenazah itu diikat secara terpisah lalu kemudian ditarik secara bersamaan.

Dua jenazah itu adalah Mayor Jenderal S Parman dan Mayor Jenderal Suprapto. Pengangkatan selanjutnya juga mengalami kendala yang sama, maka dilakukanlah hal yang sama yaitu dua jenazah sekaligus diangkat berbarengan.

Dan kedua jenazah tersebut adalah Mayor Jenderal M.T Haryono dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo dan diteruskan menggali lebih dalam.

Sekitar pukul 13.30 WIB siang, jenazah ke-6 akhirnya berhasil diangkat dan jenazah itu adalah jenazah Letnan Ahmad Yani. Setelah berhasil mengangkat lima dari enam Jenderal yang hilang para penyelam mulai kelelahan.

Bahkan ada juga anggota Kipam yang keracunan, maka Komandan Kipam Kapten Kaka Winanto pun turun tangan untuk menemukan satu jenazah lagi.

Dan jenazah terakhir pun berhasil diangkat itulah jenazah Brigadir Jenderal D.I Panjaitan. Dengan demikian ke-7 perwira berhasil ditemukan seluruhnya.

Jenazah yang sudah diangkat kemudian sedikit dibersihkan dari lumpur sebelum dimasukkan kedalam peti untuk kemudian dibawa ke rumah sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Mereka kemudian dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Revolusi dan bertepatan dengan hari ulang tahun ke-20 angkatan bersenjata Republik Indonesia pada 5 Oktober 1965.

Pengungkapan detik-detik pengangkatan ke-7 Jenderal itu di ungkap dan diunduh di kanal YouTube Andi Chanel, judul BAGAIMANA BISA DITEMUKAN?/ BEGINI DETIK DETIK PENEMUAN PARA JENDERAL DI..,.rilis 8 Januari 2022/G30S

Paparan fakta sejarah ini semoga bermanfaat.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: youtube Adi Channel


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x