Baca Juga: Masinton : Elektabilitas Puan Maharani Meningkat Karena Kinerja, Bukan Polesan Pencitraan
Yayat meminta semua orang harus lebih banyak bersabar dan mencari informasi akurat terkait perjalanan. Ia juga menyarankan agar masyarakat membuat perencanaan matang terkait keberangkatan, sehingga tidak terjebak kemacetan saat puncak arus mudik.
"Semua orang dalam kondisi ini memang diminta harus banyak bersabar dan memang harus dapat informasi yang akurat. Jadi dia bisa mempersiapkan perjalanan, bisa lebih pasti," pungkasnya.
Djoko menambahkan, berdasarkan pengalaman pribadinya, pemudik yang memilih jalur non tol pada tanggal 27,28 dan 29 malam perjalanannya relatif lancar. Tingginya volume kendaraan di jalan tol sebenarnya bisa dihindari jika pemerintah dan stakeholder seperti Jasa Marga dan Kemenhub terus memberikan informasi yang akurat dan terkini.
“Antisipasi jalan tol penuh, ya suruh keluar saja, atau diberi informasi, ini jalan tol sudah penuh Anda menunda keberangkatan. Terus berikan informasi,” kata Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini.
Sejauh ini, kata dia melanjutkan, informasi yang diberikan pada media masih minim, juga penyampaian kondisi di lapangan berupa teks dan suara yang kadang terlewat oleh pemudik.
Problem lain di jalan tol adalah antrian pada gate dan kapasitas rest area. “Mesti kalau di jalan tol dia lelah, tidak bisa masuk rest dan di akan ke bahu jalan istirahat. Ke bahu jalan peristirahatan, bahaya kan,” kata Djoko.
Namun dia berharap tahun depan kondisinya tidak seperti ini lagi karena akan diberlakukan Multi Lane Free Flow.
Di armada penyebrangan, khususnya di Pelabuhan Merak, kata Djoko, mayoritas pemudik memilih menyebrang malam karena alasan keamanan.