Letusan Semeru, Pendakian Pertama, Soe Hok Gie dan Mitos Perjalanan Panjang Mahameru Dari India

- 6 Desember 2021, 10:24 WIB
sehari sebelum merayakan hari kelahiran Soe Hok Gie meninggal dunia di puncak Mahameru Gunung Semeru.
sehari sebelum merayakan hari kelahiran Soe Hok Gie meninggal dunia di puncak Mahameru Gunung Semeru. /

DESKJABAR - Gunung Mahameru atau Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur meletus pada Sabtu 4 Desember 2021.

Letusan yang mengagetkan warga mengakibatkan ribuan rumah warga rusak akibat terdampak awan panas guguran Gunung Semeru. Ribuan warga mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Timur itu pun menjadi incaran para pendaki untuk bisa menjajakan kaki di gunung Semeru.

Baca Juga: MERINDING!!, Detik-detik Gunung Semeru Meletus, Begini Kata Penunggu Gunung Semeru.

Baca Juga: Presiden Jokowi Hari Ini Instruksikan Respon Bagi Warga Terdampak Semeru Meletus, BNPB Berikan Dana Tunggu

Bahkan sejak cerita pendakian Gunung Semeru diangkat dalam sebuah film dengan judul 5CM jumlah pendaki yang datang ke Semeru atau Gunung Mahameru naik tajam.

Lantas siapa sebenarnya orang yang pertama kali mendaki Gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut.

Dari berbagai sumber yang ada, pendakian ke gunung Semeru dimulai pada 5 Agustus 1836. Sejumlah warga Belanda asal Pasuruan bernama JFW Van Ness dan JH Dickelman asal Malang melakukan pendakian pertama ke puncak Mahameru.

Pendakian tersebut juga dilakukan bersama 
Van Der Poel dan Schonke. Keduanya merupakan Controler juga bersama beberapa orang lainnya.

Meskipun tidak berhasil sampai puncak Mahameru, tetap pendakian pertama itu dimuat  dalam surat kabar atau koran Jawa Java Courant yang terbit pada tanggal 10 September 1836.

Kemudian pada 1838 pendakian ke puncak Mahameru dilakukan oleh  Clignet dan Winny Brigita seorang ahli geologi berkebangsaan  Belanda.

Kedua orang Eropa tersebut mencoba menaklukkan gunung Semeru melalui jalur Widodaren sebelah barat daya. Keduanya dikabarkan berhasil melakukan pendakian hingga puncak gunung.

Pendakian juga dilakukan oleh seorang ahli botani yang juga seorang berkebangsaan Belanda Franz Willhem Junghuhn. Ia tiba di puncak Mahameru, Gunung Semeru, pada 27 September 1844, pukul 10.30 pagi.

Pendakian junghuhn dilakukan bersama beberapa porter melalui jalur arah utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo.

Pada tahun 1911, Van Gogh dan Him juga melakukan pendakian melalui jalur Utara yakni lewat Ranau Panai dan Ranau Kumbolo.

Pendakian inilah yang hingga saat ini menjadi jalur untuk bisa mencapai puncak Mahameru yang dilakukan oleh para pendaki.

Di puncak Mahameru ini pula seorang aktifis muda di era Soekarno, dan Soeharto Soe Hok Gie meninggal Dunia. Sebelum genap 27 tahun Soe Hok Gie meninggal dunia diduga akibat menghirup gas beracun.

Soe Hok Gie meninggal pada 16 Desember 1969 di puncak Mahameru. Sebagai seorang aktivis Soe Hok Gie gelisah melihat kondisi negara yang tidak peduli terhadap kerusakan sumber daya alam, penuh dengan kemunafikan dan ketidakadilan.

Pendakian tersebut merupakan pendakian yang sangat berharga bagi Soe Hok Gie karena bertepatan dengan hari kelahiranya. Namun sehari sebelum merayakan hari kelahiran Soe Hok Gie meninggal dunia di puncak Mahameru Gunung Semeru.

Sementara itu, Gunung Semeru menurut mitos masyarakat Jawa, dan tertulis dalam kitab Tantu Pagelaran berbahasa Jawa kuno disebutkan jika Gunung Semeru berasal dari India.

Gunung Semeru diyakini sebagai pakunya pulau Jawa. Sebab sebelum ada gunung Semeru konon dari cerita dalam Tantu Pagelaran pulau Jawa itu posisinya tidak seimbang selalu terguncang.

Maka para dewa memutuskan untuk memindahkan Gunung Meru di India ke pulau Jawa untuk dijadikan paku agar pulau Jawa tidak lagi terombang-ambing.

Saat pemindahan Gunung Meru tersebut, sewa Wisnu menjelma jadi kura kura raksasa dan menggendong Gunung. Sedangkan dewa Brahma menjelma menjadi ular membelit Gunung yang ada di punggung kura kura agar tidak jatuh.

Awalnya,  Gunung itu diletakan di wilayah barat pulau Jawa, namun karena posisi Gunung Meru berat, bagian ujung timur pulau Jawa terangkat.

Lantas Gunung itu dibawa ke bagian timur pulau Jawa. Pada proses pemindahan inilah serpihan Gunung Meru tercecer dan membuat gugusan Gunung di pulau Jawa yang memanjang dari Barat ke timur.

Serpihan itu membuat Gunung Ciremai, Gunung Slamet, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Lawu, Gunung Wilis, Gunung Anjasmara dan lain-lain.

Kemudian puncak yang tersisa ditancapkan berupa Gunung Semeru. Karena pulau Jawa sudah dipaku oleh Gunung Mahameru, maka posisi jadi tenang.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan beraktivitas di luar radius rawan bencana, yakni 1 kilometer (km) dari kawah/puncak Gunungapi Semeru.

"Aktivitas Gunungapi Semeru saat ini tetap di Level II (Waspada), untuk itu diimbau kepada masyarakat untuk mematuhi rekomendasi dari Badan Geologi, tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah/puncak G. Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara," kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono pada Konferensi Pers Update Terkini Gunungapi Semeru, Minggu 5 Desember 2021.

Selain itu menurut Eko Budi Lelono perlu diwaspadai juga potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak G. Semeru, terutama sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.

Terkait peningkatan aktivitas Gunungapi Semeru, Kementerian ESDM melalui Badan Geologi telah memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan di daerah sejak tanggal 1 Desember 2021.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x