Network
DESKJABAR - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan, National Central Bureau (NCB) Interpol Indonesia telah menerbitkan "red notice" atas nama Harun Masiku. KPK mengimbau seluruh masyarakat yang mengetahui keberadaannya, baik di dalam maupun di luar negeri agar segera menyampaikan informasi kepada KPK, Polri, Kemenkumham maupun NCB Interpol.
Siapa Harun Masiku yang sejak ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka kasus dugaan suap terhadap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan pada Jumat 10 Januari 2020 hingga kini menghilang bak ditelan bumi? Berikut sekilas biodata dan profil Harun Masiku yang dihimpun dari berbagai sumber.
Harun Masiku adalah mantan Caleg PDIP, lahir di Jakarta 21 Maret 1971. Meski lahir di Jakarta, Harun menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Watapone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kemudian kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar tahun 1989 dan lulus tahun 1994.
Baca Juga: Harun Masiku Terus Diburu, KPK: Interpol Telah Terbitkan Red Notice
Baca Juga: Cara Melihat Orang yang Didampingi Khodam Leluhur, Inilah Ciri-cirinya
Harun Masiku juga pernah melanjutkan pendidikan ke Inggris di University of Warwick United Kingdom Jurusan Hukum Ekonomi Internasional.
Harun Masiku disebut-sebut tidak memiliki rekam jejak atau reputasi yang spesial di dunia politik. Perjalanan karirnya dimulai sebagai pengacara di Dimhart and Association Law Firm, Jakarta selama setahun dari 1994 hingga 1995. Setelahnya, ia menjadi pengacara korporat di PT Indosat, Tbk hingga 1998.
Tahun 1998, Harun Masiku pernah meraih British Chevening Award dan menjabat sebagai Ketua Persatuan Pelajar Indonesia United Kingdom West Midland pada 1998-1999. Pulang dari Inggris, ia bekerja sebagai pengacara di sejumlah kantor hokum.
Walau disebut sebagai mantan Caleg PDI, pada tahun 2009 Harun Masiku ternyata pernah menjadi Tim Sukses Pemenangan Pemilu dan Pilpres Partai Demokrat Sulawesi Tengah untuk memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) - Boediono. Ia juga pernah menjadi caleg partai Demokrat dan menjadi Tenaga Ahli Komisi III DPR pada tahun 2011.
Pada Pileg 2019, Harun Masiku pindah dari Partai Demokrat ke PDIP. Ini berawal setelah Nazaruddin Kemas meninggal dunia, terjadi kekosongan kursi PDIP di DPR sehingga harus ada penggantinya sesuai dengan ketentuan Pergantian Antar Waktu (PAW) Anggota DPR.
