Saat itu, Pemerintah Hindia Belanda sudah memikirkan melakukan transmigrasi orang-orang dari Pulau Jawa ke sejumlah pulau terpencil.
Diberitakan pula, pada masa itu penduduk di Hindia Belanda, khususnya di Pulau Jawa sudah mencapai 42 juta dan di luar pulau 19 juta.
Perbandingan dengan luasan yang agak sama. Pulau Jawa populasinya total sudah 316 jiwa/km2 dibandingkan dengan Jepang yang 168 jiwa/km2.
Sejumlah kawasan besar di Pulai Jawa saat itu juga kondisinya sudah menjadi yang terpadat penduduknya di dunia dengan perbandingan kawasan sekitar delta Sungai Nil Mesir.
Baca Juga: Kesuburan Tanah Pertanian di Jawa Barat Mendesak Dipulihkan
The Daily Telegraph terbitan Sydney, 9 Oktober 1933 memberitakan, pada enam pulau berpenghuni, yaitu Sumatra, Jawa, Bali, Timor, Sulawesi, dan Kalimantan, total ada 62 juta penduduk, terdiri 250.000 orang Eropa dan 60.000.000 orang pribumi, serta 1,4 juta orang Timur (Cina, Jepang, Korea, dsb). Jumlah penduduk pada keenam pulau itu rata-rata naik 20 persen setiap sepuluh tahun.
Disebutkan, besarnya peluang pasar pangan dari Australia pada keenam pulau itu karena jumlah penduduknya setiap tahun makin banyak.
Bahkan, penduduk pada keenam pula itu seleranya yang suka meniru serba kebarat-baratan, mulai kebiasaan, makanan, pakaian, dll.
Baca Juga: Rektor IPB : Jawa Barat Sangat Potensial dan Harus Menjadi Pusat Inovasi Pangan Nasional
Ini disebabkan banyak orang pada keenam pulau itu ada kontak dan metode publik barat, sehingga kehidupannya menjadi serba meniru.