Tradisi 'Mawakeun' Munggahan Ramadhan di Jawa Barat, Jadi Nostalgia yang Hampir punah

- 4 Maret 2024, 09:15 WIB
Masakan rantang pada trdaisi mawakeun, munggahan dan selama Ramadhan di Jawa Barat yang hampir punah.
Masakan rantang pada trdaisi mawakeun, munggahan dan selama Ramadhan di Jawa Barat yang hampir punah. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Sejumlah tradisi menyambut datangnya kemuliaan bulan suci Ramadhan masih ada di Indonesia sampai kini. Diantara sejumlah tradisi tersebut, bersifat memupuk rasa kedekatan dengan para keluarga, tetangga, dan handai taulan, bersiap menjelang ibadah shaum pada Ramadhan.

Adalah tradisi “mawakeun” alias saling berkirim makanan atau masakan, yang jadi nostalgia karena pernah umum dilakukan di Jawa Barat setiap munggahan alias menjelang dan semasa Ramadhan. Namun kini, tradisi dimaksud sudah hampir punah, baik karena perkembangan zaman maupun keadaan.

Di Bandung, sampai awal tahun 1980-an, masih dikenang masyarakat senior, pernah ada tradisi mawakeun dengan berkirim masakan menggunakan rantang. Biasanya, menu umum pada masakan rantang, adalah tumis kentang, tumis bihun, daging sapi semur, telur rebus, ase cabe hijau, goreng tahu, ikan emas, kerupuk, dan nasi.

 Baca Juga: Kapan Awal Ramadhan 2024? Muhammadiyah, Pemerintah dan NU Berpotensi Berbeda, Ini Perkiraannya

Banyak kenangan

Walau menu masakan rantang rata-rata sama, tetapi ada perbedaan cita rasa yang membuat yang menjadi pembeda. Setiap menjelang dan awal Ramadhan, sampai awal tahun 1980-an, banyak keluarga tidak perlu repot-repot mencari makanan untuk buka puasa karena sudah ada kiriman tetangga atau saudara.

Kenangan itu masih diingat warga Gegerkalong Bandung, Pardi (54), yang menyebutkan, hampir setiap hari menjelang dan selama Ramadhan selalu ada masakan kiriman dari “mawakeun”. Tetapi sejak tahun 1986, tradisi mawakeun perlahan tidak dilakukan lagi dan tidak ada lagi sejak tahun 2000-an.

Namun, tradisi saling berkirim makanan sampai kini masih ada di Cirebon, dengan disebut dengan “unggahan”. Tradisi ini biasa dilakukan seminggu sebelum Ramadhan, dimana masyarakat di Kabupaten Cirebon, seperti di Plered, Weru, Plumbon, dan sekitarnya masih saling berkirim makanan.

Warga Plered, Eti Rohaeti (50) menyebutkan, bahwa tradisi unggahan secara umum sama seperti pada wilayah lainnya di Jawa Barat. Namun di Cirebon, kini tidak lagi menggunakan rantang, tetapi menggunakan kemasan styrofoam, isinya masakan nasi dan lauk pauk, atau kue-kue.

“Nah, belum diketahui sampai awal Maret ini, saat beras masih mahal, apakah tradisi unggahan sudah banyak atau belum. Tetapi kemungkinan tradisi ini masih ada, hanya diganti dengan saling berkirim kue-kue,” katanya.

Baca Juga: Stok Beras Melimpah, Bulog Datangkan 300 Ribu Ton Beras Impor untuk Ramadhan dan Lebaran 2024

Banyak pencuri ayam

Kembali ke awal tahun 1980-an, ada pula pada beberapa wilayah di Kota Bandung, ada kejadian rutin setiap menjelang Ramadhan. Yang paling sering, adalah kejadian pencurian ayam terutama pada lokasi-lokasi di Bandung yang ketika itu masih banyak rumah-rumah penduduk sederhana.

Warga senior Kota Bandung, Ocid (90) mengenang, dulu dirinya dikenal sebagai “bangsat hayam” alias pencuri ayam di sekitaran Jalan Cipedes sampai asal 1980-an. Kebiasaan dirinya mencuri ayam, selalu dilakukan menjelang bulan Ramadhan, tetapi sejak 1986, dirinya sudah tidak lagi melakukan.

Menurut Ocid, walau ia pernah menjadi spesialis pencuri ayam setiap menjelang Ramadhan, tetapi merasa geram jika ada orang-orang sengaja tidak menghormati orang sedang berpuasa.

Tetapi pada masa kini, ada kontroversi orang berpuasa harus menghormati yang tidak puasa dengan alasan toleransi. Bahkan, sengaja warung makan buka normal dan orang-orang tidak puasa seolah sengaja memperlihatkan makan dan minum di depan orang tidak puasa.

“Di pulau lain, dimana penduduknya mayoritas lokal non-Muslim dan ada hari keagamaan, mereka dengan tegas mengharuskan orang-orang lain harus menghormati aturan lokal. Mengapa di Jawa Barat yang masyarakat mayoritas Muslim sedang berpuasa, dipaksa harus menghormati yang tidak puasa ?” ujar Ocid. ***

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah