DESKJABAR - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai, musibah yang melanda kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, yang terjadi Rabu, 21 Februari 2024, bukan puting beliung melainkan tornado.
Ahli Klimatologi dan Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Erma Yulihastin menjelaskan tentang tornado Rancaekek yang baru pertama terjadi di Indonesia melalui akun pribadi di media sosial X (Twitter), Kamis, 22 Februari 2024.
Ia juga menilai struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat, memiliki kemiripan 99,99%.
Baca Juga: Spesifikasi Apple iPad Pro dan iPad Air Terbaru Bocor ke Publik, Diperkirakan Meluncur Maret 2024
"Alias mirip bingits!' ujar Erma Yulihastin dalam unggahannya yang disertai video amatir warga saat kejadian tornado tersebut dan foto tornado di AS.
Sehari sebelumnya, Erma Yulihastin juga memastikan tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek tersebut.
"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini," kata dia.
Perbedaan tornado dengan puting beliung
Menurut Erma Yulihastin, berbeda dengan puting beliung, tornado mempunyai skala kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 kilometer per jam.
Baca Juga: Kasus Dugaan Perundungan 'Geng Tai' Naik Status ke Tahap Penyidikan, Binus School Janji Proses Siswa Terlibat
"Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam. Sudah pernah lihat film Twister 1996?" ucap Erma.