“Jika mau serius dengan pemberdayaan pangan dan ekologi kita bisa berharap perbaikan terjadi di Kawasan Bandung Utara.,” papar Basuki.
Basuki merasa prihatin karena Kawasan Bandung Utara memiliki lahan yang kritis mencapai puluhan ribu hektar. Kalau serius ditanami pohon buah-buahan, maka petani akan membaik secara ekonominya karena mendapatkan hasil panen selain sayuran.
“Petani yang selama ini hanya menanam sayur dan sangat menunggu pembagian bibit buah-buahan. Dan pada tanah milik orang kota yang kurang diurus mestinya para pemiliknya harus ikut bertanggungjawab dengan memperbanyak bibit buah-buahan,” kata Basuki.
Kawasan Bandung Utara Butuh Jutaan Bibit
Sementara itu, petani Mekarmanik yang rutin menjalankan kegiatan pertanian agroekologi dari Odesa, Toha Odik mengatakan, apa yang dilakukan Odesa Indonesia selama delapan tahun terakhir telah memberi kontribusi yang meyakinkan bagi penguatan pangan dan perbaikan lahan pertanian.
Toha yang selama ini mendistribusikan bibit buah-buahan, termasuk menggerakkan tanaman kopi, kelor dan hanjeli yakin langkahnya tepat sasaran dan dampaknya telah nyata dirasakan masyarakat.
“Petani di Cimenyan bukannya tidak mau menanam pohon besar. Mereka enggan menanam bibit dari pemerintah karena jenis bibit yang dibagi oleh pemerintah itu berupa tanaman keras penghasil kayu. Tanaman kayu seperti surian, pinus atau mahoni itu tidak menguntungkan secara ekonomi,” ujar Toha.
“Kalaupun ditanam akan ditebang hanya dalam waktu 4 sampai 5 tahun. Kalau yang dibagi adalah bibit buah-buahan lain ceritanya. Saya menjalankan program ini dan sekarang hasilnya luar biasa,” kata Toha menambahkan.
Toha bercerita, pada awalnya petani sering menolak bibit pohon besar karena sebelumnya pemerintah memaksakan tanam dengan sekadar instruksi. Akibatnya, banyak bibit tanaman penghasil kayu seperti mahoni dan suren itu dibuang-buang saja. Bahkan ada banyak petani yang pura-pura menanam karena mereka menjalankannya sekadar untuk menyenangkan hati perangkat desa.