Usaha Pertanian Jawa Barat Antisipasi Ledakan Hama Tikus pada Tahun 2024

- 29 Desember 2023, 08:20 WIB
Gerakan kerjasama pengendalian hama dan penyakit tanaman antara BPTPH Jawa Barat dan BPTH Banten, di Bogor, akhir November 2023.
Gerakan kerjasama pengendalian hama dan penyakit tanaman antara BPTPH Jawa Barat dan BPTH Banten, di Bogor, akhir November 2023. /Instagram @bptphjabar

DESKJABAR – Usaha pertanian padi Jawa Barat tahun 2024 dikhawatirkan mengalami banyak serangan hama tikus. Kondisi demikian, berdasarkan pengamatan situasi terkini pada akhir Desember 2023 dan melihat perkembangan situasi kawasan pertanian menjelang musim tanam pada Januari 2024.

Jika musim tanam padi di Jawa Barat secara umum dilakukan pada Januari 2024, maka baru pertengahan April baru dapat diperoleh musim panen padi. Musim tanam dan musim panen padi 2023-2024 diketahui mengalami keterlambatan terparah dibandingkan beberapa tahun terakhir.

Curah hujan yang mulai banyak turun menjelang akhir Desember 2023, membuat usaha pertanian Jawa Barat kembali bersiap melakukan musim tanam. Pengolahan tanah mulai dilakukan pada sebagian wilayah, tergantung kondisi setempat yang sudah memungkinkan.

 Baca Juga: Musim Tanam di Jawa Barat 2023-2024, Gunakan Manajemen Air Pertanian untuk Keamanan Tanaman

Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultur Provinsi Jawa barat, Ajat Sudrajat, mengakui bahwa resiko tingginya serangan hama dan penyakit membayangi usaha pertanian Jawa Barat 2024. Ini lebih disebabkan dampak kemarau panjang diikuti ketidakpastian cuaca sampai pertengahan Desember 2023.

Menurut Ajat Sudrajat, serangan hama tikus secara besar, beresiko terjadi pada lahan-lahan yang langsung tanam kembali tanpa sterilisasi pasca panen. Sebagai upaya pengamanan, pada Desember 2023 ini, sterilisasi lahan dari sarang-sarang tikus dilakukan untuk mengurangi resiko pada tahun 2024.

“Menghadapi tahun 2024, usaha pertanian Jawa Barat harus banyak strategi. Ya untuk meningkatkan produksi pangan, begitu pula pengendalian hama dan penyakit,” ujar Ajat Sudrajat, ketika ditemui di Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) DTPH Jabar di Bojongpicung, Cianjur, baru-baru ini.

Disebutkan, kondisi cuaca cepat berubah dan dampak perubahan iklim, merupakan faktor yang menyebabkan resiko tingginya serangan hama dan penyakit. Khusus hama tikus, biasanya bermunculan sebagai dampak lingkungan yang rusak di sekitar kawasan usaha pertanian.

Baca Juga: Kabupaten Bandung Kejar IP 400 untuk Tingkatkan Produksi Pertanian Pangan Tahun 2024

Kerjasama antar provinsi

Salah satu langkah antisipasi mengurangi resiko ledakan hama tikus, sudah dilakukan pada perbatasan Jawa Barat dan Banten. Kerjasama dilakukan oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat dan BPTPH Banten berupa gerakan bersama pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Kegiatan tersebut dilaksanakan di beberapa wilayah, yaitu pada tanaman padi di Desa Bagoang Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Pada tanaman manggis di Desa Luhurjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak, dan Desa Cicurug Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

Perkembangan serangan/populasi OPT terutama pada wilayah perbatasan tidak dapat diprediksi, bila terjadi penyimpangan dari pola normalnya. Kondisi demikian dapat berkembang secara pesat dan mendadak (eksplosif) yang mengakibatkan kerugian  tinggi karena petani tidak mampu mengendalikan.

Dalam waktu singkat, serangan tersebut dapat menimbulkan kerusakan berat hingga puso dalam areal yang relatif luas apabila tidak segera ditanggulangi.

Kegagalan pengendalian OPT salah satunya akibat tidak serempaknya tindakan pengendalian sehingga terjadi migrasi OPT dari tanam yang tidak dikendalikan ke tanaman yang sudah dikendalikan.

Berdasarkan hal tersebut maka dilaksanakan kerjasama pada bidang pertanian antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah