Kota Bandung Oktober ini Akan Luncurkan Inovasi Bakteri Wolbachia untuk Cegah DBD

- 29 Agustus 2023, 15:51 WIB
Kota Bandung terapkan inovasi bakteri wolbachia untuk cegah DBD
Kota Bandung terapkan inovasi bakteri wolbachia untuk cegah DBD /Ilustrasi Pencegahan Nyamuk Aedes aegypti/

DESKJABAR Jumlah kasus DBD di Kota Bandung mengalami penurunan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes), pada tahun 2022 terdapat 5.205 kasus DBD di Kota Bandung. Dibandingkan Januari-Juli 2023, jumlah kasus DBD menurun menjadi 1.281 kasus.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Dr. Ira Dewi Jani. Ia mengatakan, trennya menurun pada Januari hingga Juli. Bahkan, dibandingkan  bulan yang sama  tahun 2022, jumlah kasusnya kini lebih sedikit.

"Barangkali karena upaya yang dilakukan. Tapi kalau melihat upaya-upaya tersebut, sebetulnya tidak ada yang berbeda signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin juga karena musim panas, sehingga tidak ada genangan air," ujar Ira kepada Humas Kota Bandung, Selasa 29 Agustus 2023.

Baca Juga: TPA Sarimukti Tak Kunjung Tuntas, Pemkot Bandung Terus Mengambil Langkah Darurat

Untuk lebih menekan angka kasus DBD, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berencana melakukan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti. Upaya ini baru akan diuji di Kabupaten Ujungberung.

"Kita sudah uji coba resistensi juga dengan menangkap nyamuk dan telur di Ujungberung. Tahapannya sudah dijalankan," ucapnya.

Ujungberung termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada tahun 2022. Kepala UPT Puskesmas Ujungberung juga mendapat pelatihan mengenai inovasi wolbachia di Yogyakarta.

"Dukungan lintas sektor kewilayahannya juga bagus. Apalagi ini pilot project, jadi harus ada dukungan juga dari masyarakat. Maka dari itu, Ujungberung dipilih sebagai pilot project wolbachia," ungkapnya. 

Baca Juga: Kota Bandung Darurat Sampah, Pemkot Bandung Susur Berbagai Alternatif TPA Darurat

Ira menjelaskan, vektor atau perantara penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk tersebut mengandung virus dengue penyebab demam berdarah. 

Mekanisme inovasinya, telur nyamuk Aedes aegypti akan disuntik bakteri Wolbachia dan kemudian menetas menjadi nyamuk dewasa. Jika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi virus dengue, maka virus yang dihirup nyamuk tersebut akan mati bersama bakteri Wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti  tidak mampu lagi menularkan virus demam berdarah ke dalam tubuh manusia.

"Jangan takut kalau bakteri wolbachia akan masuk ke tubuh manusia. Ukuran bakteri tersebut lebih besar daripada moncong nyamuk. Sehingga saat nyamuk menggigit manusia, bakteri wolbachia tidak akan masuk ke dalam tubuh," katanya.

Ia menambahkan, jika dilakukan pada  bulan Oktober, timnya akan memasukkan telur nyamuk Aedes aegypti yang telah diinokulasi Wolbachia ke dalam ember. Nyamuk tersebut diharapkan dapat menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus demam berdarah.

Nyamuk-nyamuk ini kemudian dapat kawin dengan nyamuk lokal untuk menghasilkan nyamuk lain yang secara otomatis membawa Wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak lagi membawa virus demam berdarah. 

"Telur-telur yang sudah disuntikkan wolbachia ini diproduksinya di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung itu dapatnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Salatiga," paparnya.

Baca Juga: Pemkot Berkolaborasi dengan TNI AD, Siapkan TPA Darurat

Sebenarnya, lanjut Ira, bakterii wolbachia sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bakteri ini terdapat pada tubuh lalat buah, hewan kecil yang sering suka terbang di atas pisang atau buah-buahan.

"Di skema ini, nyamuk Aedes aegypti akan tetap ada untuk keseimbangan ekologis. Tapi dia sekarang sudah mengandung bakteri wolbachia supaya bisa menghentikan penyebaran virus dengue," jelas Ira. 

Kota pertama yang menerapkan inovasi ini adalah Yogyakarta. Berkat penelitian dan penerapan wolbachia di Yogyakarta, angka kasus DBD bisa diturunkan hingga 70%.

Sedangkan Kota Bandung merupakan daerah endemis penyakit DBD dan jumlah kasusnya cukup tinggi. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan memutuskan Kota Bandung menjadi salah satu dari lima kota pilot project dalam penerapan pencegahan demam berdarah berbasis teknologi Wolbachia. 

Meski begitu, Ira mengakui penerapan Wolbachia tidak menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang sudah ada. Langkah-langkah sebelumnya masih akan diikuti seperti 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging sesuai indikasi, dan Gerakan Satu Rumah Satu Jutru Jumantik.

"Ini sebagai komplementer karena dengan upaya yang selama ini kita lakukan saja kasus DBD masih belum tuntas hilang. Sedangkan inovasi wolbachia ini sudah terbukti di Yogyakarta," akunya. 

Ia mengungkapkan, tantangan penerapan inovasi ini sejak awal adalah penempatan peti telur nyamuk. Karena pasti akan banyak nyamuk di tempat ini. 

Ira mengatakan, jika masyarakat merasa tidak nyaman, tidak ada salahnya membunuh nyamuk dengan cara ditepuk, menggunakan raket nyamuk, atau obat serangga. Asalkan telur nyamuk yang ada di ember tidak dibuang sampai telurnya menetas.

Baca Juga: Pemkot Bandung Resmikan Relokasi 23 PKL Jalan Eyckman, Kini Tempati Lokasi Baru yang Lebih Nyaman dan Higienis

"Kita cuma minta tolong titip telur di ember ini saja. Telur-telurnya jangan diganggu dulu sampai menetas semuanya dan jadi nyamuk dewasa," harapnya.

Nantinya sebanyak 33.000 barel akan didistribusikan ke seluruh Kota Bandung. Namun untuk sebarannya harus terlihat di peta udara dan satelit baik luas maupun jumlah hunian. Oleh karena itu, jumlah tiap kecamatan tidak bisa disamakan. 

Ira mengatakan inovasi tersebut juga bertujuan untuk mengurangi paparan bahan kimia yang tidak sesuai indikasi. Oleh karena itu, lebih aman bagi lingkungan, masyarakat dan juga lebih murah secara ekonomi. Sedangkan jika dibandingkan fogging, lebih membutuhkan biaya untuk bensin dan obatnya.

"Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting," imbuh Ira.***

 

Pantau berita berita Desk Jabar lainnya di GOOGLE NEWS.

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah