Sedangkan di Kabupaten Majalengka sudah lebih dahulu, karena seluruh pabrik gula peninggalan zaman kolonial Belanda disini, mulai PG Kadipaten danPG Jatiwangi, sudah ditutup. Bekas-bekas lintasannya, ada yang sudah dibongkar untuk pelebaran jalan, dan sebagian menjadi gang jalan masyarakat.
Khusus di Kabupaten Cirebon, beberapa tahun lalu, sejumlah penggemar lokomotif tua asal luar negeri maupun domestik, sempat mengunjungi PG Sindanglaut, untuk melihat-lihat peninggalan lokomotif uap angkutan pabrik gula.
Baca Juga: Usaha Perkebunan Karet Ada Harapan Pulih dari Penyakit Gugur Daun Karet, Kini Ada Inovasi Teknologi
Tetapi pada masa kini, di PG Sindanglaut, Kabupaten Cirebon, sebenarnya masih ada pengoperasian lokomotif angkutan tebu. Namun, itu pun hanya ada di areal emplasemen PG Sindanglaut, dimana pabrik gula itu sejak 24 Mei 2023 lalu kembali dihidupkan oleh pengelolanya, PT PG Rajawali II.
“Di PG SL masih mengaktifkan loko untuk angkutan tebu di areal PG Sindanglaut,” ujar Sekretaris Perusahaan PT PG Rajawali II, Karpo B Nursi, yang dikonfimasi DeskJabar, Selasa, 30 Mei 2023 malam.
Hanya saja, bagi masyarakat umum atau pencinta lokomotif pabrik gula perkebunan tebu itu, tidak begitu mudah lagi melihat lokomotif tersisa di PG Sindanglaut itu. Sebab, pengoperasinya hanya tinggal di emplasemen pabrik gula dimaksud.
Bahkan, rel-rel lori kereta api angkutan tebu di PG Sindanglaut juga kini tidak sebanyak dahulu. Padahal, dahulu di berbagai lintasan sawah di Lemahabang, Kabupaten Cirebon (wilayah PG Sindanglaut), Karangsembung (wilayah PG Karangsuwung), dan Babakan (wilayah PG Tersana Baru) sangat banyak rel lori kereta api angkutan tebu.
Kini dengan tersisanya lokomotif diesel di PG Sindanglaut, menyisakan kenangan zaman kereta angkutan tebu menjadi budaya dan pemandangan masyarakat di Kabupaten Cirebon. ***