UPDATE Kasus Subang, Dokter Hastry Koreksi Otopsi Ulang Jenasah Tuti dan Amel Terkait Waktu Kematian

- 24 Mei 2023, 11:12 WIB
Dokter Hastry saat diwawancarai pemerhati Kasus Subang, Anjas Asmara. Dokter Hastry mengoreksi soal hsil Otopsi ulang terkait waktu kematian korban.
Dokter Hastry saat diwawancarai pemerhati Kasus Subang, Anjas Asmara. Dokter Hastry mengoreksi soal hsil Otopsi ulang terkait waktu kematian korban. /YouTube Anjas Asmara/

DESKJABAR – Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang atau yang juga dikenal dengan kasus Subang, kembali menyeruak jadi pembicaraan netizen. Update terbaru, dokter Hastry yang melakukan otopsi ulang jenasah Ibu Tuti dan Amel, mengkoreksi soal hasil otopsi ulang terkait dengan waktu kematian korban.

Update kasus Subang ini dikemukakan sendiri oleh dokter Hastry saat diwawancara pemerhati kasus ini, Anjas Asmaran yang tayang di kanal YouTube Anjas Asmara pada 23 Mei 2023. Dalam wawancara yang berlangsung di kamar otopsi di rumah sakit di Semarang tersebut, kasus Subang kembali menyeruak.

Baca Juga: KASUS SUBANG 2021, Jenis Kelamin Pelaku Pembunuhan Berdasarkan DNA Ditemukan dr Sumy Hastry

Banyak netizen berharap kasus Subang yang terjadi pada 18 Agustus 2021 kembali terungkap, setelah hampir 2 tahun tidak ada perkembangan berarti.

Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang terjadi pada 18 Agustus 2021 yang menewaskan Ibu Tuti (55) dan anaknya, Amel (23). Kedua jenasah ditemukan dalam keadaan tanpa busana ditumpuk dan disimpan di dalam bagasi mobil Alphard milik korban yang terparkir di halaman rumah di TKP Jalancagak, Subang.

Polda Jabar sendiri kemudian memberikan klarifikasi soal perkembangan penanganan kasus tersebut, terutama setelah dokter Hastry memberikan keterangan dalam acara Podcast Deddy Coorbuzier yang berlangsung pada 10 Mei 2023.

Koreksi Hasil Otopsi Ulang

Seperti diketahui, setelah kasus Subang terjadi pada 18 Agustus 2021, Mabes Polri kemudian mengirimkan ahli forensiknya yakni dokter Hastry ke Subang. Pada 2 Oktober 2021 atau sekitar sebulan lebih pasca kejadian, dia melakukan otopsi ulang atas jenasah kedua korban.

Usai dilakukan otopsi ulang atas jenasah Ibu Tuti dan Amel, kemudian menghasilkan adanya koreksi atas waktu kematian kedua korban saat mereka dieksekusi oleh pelaku di TKP Jalancagak Subang.

Fakta hasil otopsi ulang ini cukup mengejutkan karena koreksi ini justru terjadi pada saat kasus sudah berjalan sebulan lebih hingga dilakukannya otopsi ulang jasad korban pembunuh ibu dan anak di Subang.

Baca Juga: KPK Geledah Kantor Kementerian Sosial Terkait Dugaan Korupsi Bansos, Saat Mensos Pimpin Briefing Jajarannya

Koreksi terhadap waktu kematian korban pembunuh ibu dan anak di Subang tersebut, bukan karena kesalahan tim penyidik Polres Subang, namun lebih kepada soal pengalaman.

Hal itulah yang kemudian dikoreksi oleh dokter Hastry kepada Anjas Asmara. Menurutnya, adanya koreksi waktu kematian bukan diperoleh hanya dari otopsi kedua yang dilakukan pada 2 Oktober 2021, tetapi juga dari peninjauan ke TKP dan foto-foto yang diambil tim pemeriksa saat melakukan olah TKP pertama.

“Untungnya saya dokter dari kepolisian, sehingga punya akses mudah untuk bisa masuk ke TKP,” tuturnya.

Menurutnya, dirinya juga membutuhkan akses ke TKP untuk melihat bagaimana mungkin matinya mereka, tempat eksekusinya dimana, dan bagaimana mereka dipindahkan jenasahnya.

“Selain itu juga melihat foto-foto yang diambil tim olah TKP pertama. Dari situ kita lihat, dan ternyata ada perlakuan lain karena ada cipratan dara, ada bekas-bekas perlawanan di TKP,” ujarnya.

Pembuktian Secara Ilmiah tak Ada Bantuan Gaib

Dokter Hastry mengakui bahwa dalam menjalankan otopsi jenasah terkadang dibarengi dengan hal-hal gaib seperti bermimpi bertemu korban, atau penglihatan gaib saat melakukan otopsi.

Meski demikian, dokter Hastry menegaskan bahwa hasil otopsi dilakukan secara ilmiah dan tidak ada bantuan hal-hal gaib. Seperti diketahui, saat ikut menangani kasus Subang, dokter Hastry mengakui pernah bermimpi didatangi korban yang meminta tolong.

Dokter Hastry memaparkan bagwa otopsi dilakukan untuk mengetahui waktu, penyebab, dan cara kematian. Ketiga hal ini dinilai penting untuk membantu tim pemeriksa untuk pengungkapan kasus, termasuk di kasu Subang 2021.

Baca Juga: Inilah Nama-nama Daerah di Bogor yang Diplesetkan dengan Percintaan, Membuat Gelak Tawa yang Membacanya

Menurutnya, untuk menemukan waktu kematin, maka biasanya akan dilihat dari kondisi jenasah sat ditemukan. Kalau di jenasah ditemukan lebam mayat, itu beratyi waktu kematiannya kurang dari 4 jam.

“Tetapi itu lebab bukan memar. Kita bisa membedakannya. Kalau jenasah sebelum kematian 4 jam biasanya muncul lebam mayat dengan warna kebiruan seperti memar,” ujarnya.

Dokter Hastry menambahkan, proses terjadinya lebam mayat adalah normal karena terkait akibat gravitasi bumi. Jika meningal dalam keadaan terlentang, maka dibagian belakang jenasah yang menempel ke bumi akan terjadi lebam.

“Sebaliknya kalau memar, dokter bisa membuktian dengan membedah bagian kulit. Kalau memar akibat benturan biasanya ada darah mengumpal di bawah kulit,” ujarnya.

Dokter Hastry menambahkan, sebenarnya waktu kematian juga bisa didapatkan secara detail hingga detik-detiknya dengan cara pengukuran suhu hati. “Namun itu jarang dilakukan dan alatnya juga susah. Selain itu masing-masing jenasah akan berbeda-beda, seperti tergantung usia korban, tempat dan kondisi jenasah.

Baca Juga: Gugatan Cerai Bupati Anne Ratna Mustika Dikabulkan Pengadilan Tinggi Agama, Penasehat Hukum Ajukan Kasasi

Setelah lebam mayat akan terjadi kaku jenasah setelah waktu 4 jam, dan setelah 8 jam akan terjadi pembusukan yang ditandai dengan bagian mata menonjol dan kulit mengekupas.

Pembusukan juga ditandai dengan munculnya belatung. Ukuran belatung juga akan ikut menentukan waktu kematian. Sebab, setiap 1 cm belatung menunjukkan satu hari waktu kematian jenasah. “Jarang sampai panjangnya 10 cm, karena jenasah keburu habil digerogoti dan belatungnya kemudian mati kalau jenasahnya habis,” paparnya.

Kalau untuk mengetahui  penyebab kematian, SOP-nya haurs periksa dulu seluruh tubuhnya. Dari kepala hingga ujung kaki.

“Kita bisa menemukan penyebab kematian setelah kita mengetahui cara dan mekanisme kematiannya. Yang membuat bahwa penyebanya karena memang kekerasan benda tajam, kekeraan benda tumpul, atau karena cekikak, jeratan atau pukulan,” ujarnya.

Menurutnya, hal-hal itulah Itu yang menyebabkan pendarahan hebat yang menyebabkan korban meti lemas.

Sedangkan pembuktian cara kematian adalah untuk mengetahui bagaimana korban bisa mati. Mungkin korban dibuat tidak berdaya seperti diracun, dibuat korban tidak memberikan perlawanan, dibuat seolah kematian wajar.

“Cara-cara tersebut untuk melihat apa yang membuat korban  mudah meninggal, yang seharusnya bisa tetolong,” paparnya. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: YouTube Anjas Asmara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x