Menurut dia, Program Sahabat Balita membuat balita mau dan mampu mengkonsumsi pangan olahan untuk mencegah, dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan, dengan memanfaatkan potensi dari pangan olahan secara menarik menuju balita sehat.
"Program yang diluncurkan kepada anak-anak stunting adalah dengan memberikan pangan olahan berbasis kearifan lokal daun kelor, tempe, telur dan ayam dinamakan bola-bola Sahabat Balita (nugget Balls) dan puding lumut”, bebernya.
Baca Juga: Kemenag RI Usulkan Kenaikan Biaya Perjalanan Ibadah Haji 2023 di Angka Rp 69 Jutaan
Daun kelor, ungkap Siti Nurcahyani sangat berpotensi untuk diolah menjadi salah satu bahan pangan olahan untuk mencukupi gizi pada penderita stunting.
Produk inovasi dari daun kelor, diharapkan menambah asupan protein dan kalsium. Pangan yang dibuat pada sahabat Balita ini dapat memenuhi kebutuhan menu 4 bintang (utama) pada Balita.
Berbagai kalangan turut membantu dalam keberhasilan program ini dengan menggerakan tokoh masyarakat desa setempat. Pendistribusian makanan diberikan secara rutin.
Kegiatan berupa sosialisasi di kalangan ibu balita, melakukan kolaborasi dengan kader Posyandu untuk membantu pelatihan pengukuran antropometri balita dan pendistribusian bola-bola (Nugget balls) dan puding lumut kepada ibu balita.
Hasilnya program tersebut berhasil membuat 44 anak Desa Sukamenak bebas dari Stunting.***