Pray For Cianjur: Gempa, Sesar Cimandiri, Filosofi dan Sejarah Singkat Cianjur

- 24 November 2022, 04:35 WIB
Pray for Cianjur. Seluruh negeri berduka, tanah Cianjur di Jawa Barat luluh-lantak diguncang gempa berkekuatan M 5,6 Senin 22 November 2022. Korban jiwa bergelimpangan di mana-mana.
Pray for Cianjur. Seluruh negeri berduka, tanah Cianjur di Jawa Barat luluh-lantak diguncang gempa berkekuatan M 5,6 Senin 22 November 2022. Korban jiwa bergelimpangan di mana-mana. /Kolase Facebook/Uan Hermawan/

DESKJABAR - Pray For Cianjur. Seluruh negeri berduka, tanah Cianjur di Jawa Barat luluh-lantak diguncang gempa berkekuatan M 5,6 Senin 22 November 2022.

Dalam catatan sejarah, BMKG mencatat gempa di wilayah Cianjur dan sekitarnya ini sudah pernah terjadi sejak tahun 1844. Tahun 1879, gempa serupa juga menyebabkan banyak rumah rusak di wilayah Sukabumi.

Menurut BMKG, gempa Cianjur dipicu oleh pergerakan Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri merupakan sesar atau patahan geser aktif yang memanjang mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhanratu.

Patahan geser aktif sesar Cimandiri ini mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.

Baca Juga: JERMAN Kalah dari JEPANG Trending di Twitter, Kekalahan Tim Panser Mirip Dengan Argentina

Selain keadaan kotanya yang cantik, bersih dan berudara sejuk, sedikit orang yang mengetahui sejarah berdirinya kabupaten yang berada di lintasan jalan nasional menuju ibu kota Jakarta ini.

Seorang netizen dengan akun @Rusman Rusli di laman Facebooknya Rabu 23 November 2022 menulis secara singkat sejarah berdirinya Cianjur.

Berdasarlan literatur yang pernah dibacanya, Rusma Rusli mengisahkan bahwa daerah Kabupaten Cianjur dahulunya termasuk ke dalam wilayah Kerajaan Pajajaran.

Sejarah berdiri Cianjur

Cianjur pertama kali didirikan oleh Raden Aria Wiratma yang merupakan putra RA Wangsa Goparana, Dalem Sagara Herang pada 12 Juli 1677.

Aria Wangsa Goparana pulalah, yang memimpin eksodus perpindahan rakyat dari Talaga ke Sagara Herang di pertengahan Abad 17.

Aria Wangsa Goparana adalah keturunan Kerajaan Talaga, yang terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Islam. Para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk Hindu.

Baca Juga: Korban Meninggal Dunia Gempa Cianjur Naik Jadi 271 Orang, Data Terbaru Rabu, 23 November 2022

Aria Wangsa Goparana mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya. Lalu bersama dengan Pangeran Girilaya, dia mendirikan pesantren.

Kota Cianjur menjadi Kota Keresidenan Priangan pada masa Raden Kusumah Diningrat dengan wilayah meliputi Pelabuhan Ratu sebelah barat, Sungai Citanduy dengan barisan Gunung Halimun, Mega Mendung, Tangkuban Perahu sebelah timur, dan Samudera Indonesia sebelah selatan.

Kemudian pada masa Bupati RAA Prawiradiredja, wilayah Cianjur mengalami perubahan menjadi Cikole sebelah barat, Sukabumi sekarang, Bandung dan Tasikmalaya dengan Ibukota Keresidenan dipindahkan ke Bandung.

Filosofi Cianjur

Cianjur memiliki 3 filosofi yaitu; Ngaos, Mamaos dan Maenpo. Filosofi Ngaos adalah tradisi mengaji (Al-Quran) yang dulu kental mewarnai suasana dan nuansa masyarakat Cianjur.

Citra sebagai daerah agamis ini sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677 di mana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan santri.

ltulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan kyai sehingga mendapat julukan Kota Santri.

Baca Juga: Hasil Piala Dunia 2022 Grup F: Maroko Vs Kroasia Imbang 0-0, Achraf Hakimi Buat Luka Modric Tak Berkutik

Kemudian filosofi Mamaos, adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup.

Seni mamaos tembang sunda Tembang Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti.

la menjadi dalem tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862. Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (kecapi besar dan kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi juru kawih.

Dalam seni mamaos, identitas budaya Islam sangat kental. Makanya pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.

Filosofi ketiga adala Maenpo, seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Pencipta dan penyebar maenpo ini adalah R Djadjaperbata atau dikenal dengan nama RH Ibrahim.

Baca Juga: Iuran BPJS Bisa Dicairkan Karena Tidak Pernah Sakit? Simak Ini Penjelasannya!

Maenpo Cianjur mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).

Jika diresapi sampai ke jantungnya benar, ketiga filosofi Cianjur itu pada intinya merupakan simbol rasa keber-agamaan, kebudayaan dan kerja keras.

Dengan keber-agamaan, sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketaqwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia.

Dengan kebudayaan, masyarakat Cianjur secara turun temurun selalu ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama dan sopan santun dalam tata pergaulan hidup.

Kini, nagari Cianjur sedang mengalami duka, luluh lantak akibat gempa yang mengoyang wilayahnya. Semoga masyarakat Cianjur diberi ketabahan, kesabaran dan bisa bangkit kembali untuk membangun daerahnya.

Seperti judul sebuah lagu karya Eros Djarot yang dipopulerkan Chrisye; Badai Pasti Berlalu, InsyaAllah Cianjur bisa bangkit kembali menatap masa depan yang lebih gilang gemilang. Pray For Cianjur.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x