Perkebunan, Panen Tembakau Jawa Barat Diyakini Tetap Bagus di Sumedang, Majalengka, dan Pangandaran

- 28 Juli 2022, 12:19 WIB
Kelompok petani tembakau Jawa Barat, Tani Subur Berkah, Desa Paledah,  Kecamatan Padaherang, Pangandaran, menyemprotkan biopestisida cair agensi penyendali hayati hasil bimbingan teknis Balai Perlindungan Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
Kelompok petani tembakau Jawa Barat, Tani Subur Berkah, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Pangandaran, menyemprotkan biopestisida cair agensi penyendali hayati hasil bimbingan teknis Balai Perlindungan Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. /dok Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

DESKJABAR – Usaha perkebunan tembakau di Jawa Barat diprediksi tetap mengalami kualitas bagus pada sejumlah lokasi, misalnya Sumedang, Majalengka, dan Pangandaran.

Walau penanaman tembakau di Jawa Barat kini banyak yang muncur sebagai dampak perubahan iklim, namun diyakini pada cukup banyak tempat hasilnya tetap bagus.

Pada sejumlah tempat di Sumedang, Majalengka, Garut, dan Pangandaran, kelompok tani tembakau agresif memberikan perlakuan biopestisida cair agensi pengendali hayati pada tanaman tembakau berumur 1 bulan.

Baca Juga: Wisata di Perkebunan Karet, Instagramable, Cocok Healing dan Ngopi, di Garut dan Kabupaten Bandung Barat (KBB)

Kepala Balai Perlindungan Perkebunan (BPP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Dani Daya Wiguna, di Bandung, Kamis, 28 Juli 2022 mengatakan, penggunaan agensi pengendali hayati (APH) semakin banyak diminati masyarakat petani pekebun di Jawa Barat, termasuk usaha tembakau.

Disebutkan, bahwa BPP Dinas Perkebunan Jawa Barat agresif melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada kelompok petani pekebun, termasuk petani tembakau.

Menurut Dani Daya Wiguna, para petani pekebun itu ada karakter lebih suka praktek. Banyak minat dapat membuat sendiri biopestida cair agensi pengendali hayati, terutama di kawasan pelosok.

Baca Juga: Perkebunan, PTPN VIII Gunakan CNG Sebagai Alternatif Bahan Bakar di Pabrik Pengolahan Teh

Khusus tanaman tembakau, Dani Daya Wiguna menunjukan, hasil penggunaan biopestisida cair agensi pengenali hayati ini hasilnya signifikan terhadap kualitas dan produktivitas tanaman tembakau di Jawa Barat.

Ditunjukan, daun tanaman tembakau asal Jawa Barat, terutama asal Sumedang, Garut, dan Pangandaran, kini daunnya lebih lebar dan tebal. Karakter inilah yang lebih disukai konsumen tembakau produksi Jawa Barat.

Namun, yang dicontohkan itu umumnya berasal dari panen lalu, karena penanaman kini rata-rata baru dilakukan pada Juli sebagai efek anomali iklim.

Baca Juga: Perkebunan, Peluang dibalik Krisis Ekonomi Sri Lanka, Bisnis Teh Indonesia Bisa Mengisi Pasar

Khusus pada lokasi-lokasi dimana para petani tembakau sudah memiliki keahlian memproduksi sendiri biopestida cair agensi pengendali hayati, diyakini produksi akan tetap bagus pada musim panen 2022 mendatang.

“Mengapa demikian, bioptestida hayati agensi pengendali hayati mampu membuat hama dan penyakit pada tanaman tembakau menjadi berkurang, walau mengalami dampak perubahan iklim,” ujar Dani Daya Wiguna.

Disebutkan, diantara inovasi dari BPP Dinas Perkebunan Jawa Barat yang banyak diminati petani pekebun, adalah biopestida cair agensi pengendali hayati buatan sendiri hasil bimbingan BPP.

Baca Juga: Perkebunan, Disbun Jabar Optimalisasi Fisik Tanaman Kopi Menghadapi Kemarau 2022 di Bandung Barat

Dari lapangan, fungsional petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Mochamad Sopian Ansori, menyebutkan, ada dua jenis biopestisida yang ampuh terhadap sejumlah jenis hama dan penyakit tanaman perkebunan.

Sejauh ini, kedua jenis biopestida itu belumlah menjadi merek dagang, karena baru sekedar instilah pengenal. Kedua jenis biopestida cair itu dapat dibuat sendiri oleh kelompok petani, dengan bimbingan BPP Dinas Perkebunan Jawa Barat.

Baca Juga: Perkebunan Teh Rakyat Jawa Barat Diarahkan Berkelanjutan Produktif di Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bandung

Disebutkan, kedua jenis biopestida itu ampuh untuk hama dan penyakit tanaman pada tanaman tembakau, teh, kopi, cengkeh, kelapa, kakao, dsb, sehingga produktivitas dan kualitasnya meningkat.

Dikatakan, bahan-bahan adalah sumbernya dari alam, misalnya air kelapa, air cucian beras, gula pasir, dengan menggunakan zat aktif bakteri. ***

 

 

 

 

 

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x