Soal tempat sampah ini juga sempat menjadi perbincangan saat beredar bukti CCTV kepolisian yang memperlihatkan pasca kejadian kasus Subang, ada seorang wanita berkerudung turun dari mobil dekat Alfa dan kemudian membuang sebuah bungkusan ke tong tempat sampah di halaman tempat pencucian mobil tersebut.
Bungkusan yang kemudian sudah hilang karena setiap pagi pemilik pencucian mbil selalu membakar sampah yang ada di tong sampah tersebut.
Banyak pemerhati kasus Subang saat itu menduga bahwa bungkusan yang dibuang seorang wanita ke tempat sampah tersebut adalah barbuk yang terkait dengan kasus Subang.
Bahkan Anjas melalui kanal YouTube Anjas di Thailand, menduga yang dibuang ke ton tempat sampah tersebut, berisi kertas intruksi atau komando bagi para pelaku ksus Subang, saat menjalankan aksinya.
Kasus Redwine
Banyak pihak kemudian menilai bahwa penurunan anjing pelacak 13 hari setelah kejadian kasus Subang dinilai telat dan bukti yang dihasilkan sudah tidak valid lagi alias bias. Sebab menurut mereka, seharusnya anjing pelacak diturunkan pada hari pertama kasus Subang.
Pemerhati kasus Subang di kanal Luruskan dengan judul “APAKAH ANJING PELACAK K 9 YANG DITURUNKAN DI TKP JALAN CAGAK HASILNYA SUDAH BIAS? | KASUS SUBANG,” yang tayang pada 22 Mei 2022.
Menurut pemerhati yang lebih dikenal sebagai Prof Luruskan mengatakan bahwa tidak ada kata bias atau terlambat dalam penurunan anjing pelacak di sebuah kasus kejahatan.
Hal itu bisa belajar dari kasus kejahatan tewasnya seorang remaja berusia 13 tahun yakni Dylan pada tahun 2012. Keberhasilan pengungkapan kejahatan tersebut, kemudian dibukukan dalam sebuah buku ilmiah.