INFO MENCENGANGKAN Kasus Subang, Sumy Hastry Beberkan Fakta Terkait Autopsi, Terjadi Bias?

- 14 April 2022, 23:06 WIB
Kriminolog UI Prof Adrianus Meliala berbincang dengan pakar forensik Kombes Pol dr Sumy Hastry mengenai kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Kriminolog UI Prof Adrianus Meliala berbincang dengan pakar forensik Kombes Pol dr Sumy Hastry mengenai kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang. /Kolase YouTube Heri Susanto dan Instagram @pusatforensikui/

DESKJABAR - Penyidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang dengan korban Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu, tiga hari lagi genap berusia 8 bulan.

Selama bulan Ramadhan 2022 ini, masyarakat menaruh harapan besar kasus Subang segera terkuak dan menjadi 'kado bulan puasa' seperti target Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana.

Dalam update perkembangan terakhir, tim penyidik sudah memeriksa 121 saksi, mengumpulkan 216 barang bukti, melakukan 10 kali olah tempat kejadian perkara (TKP), hingga 2 kali autopsi jenazah korban.

Baca Juga: INFO BERHARGA Kasus Subang, Hasil Lab DNA di TKP Temukan DNA Terduga Pembunuh? Ini Alasan Belum Diumumkan

Tak hanya warga Subang, kasus pembunuhan yang terjadi pada 18 Agustus 2021 di Kampung Ciseuti, Desa/Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, juga menarik perhatian kalangan akademisi. 

Salah satunya, Prof Drs Adrianus Meliala, MSi, MSc, PhD dari Pusat Forensik Terintegrasi Universitas Indonesia (UI), yang menyoroti lamanya pengungkapan kasus Subang.

Pada acara Forensic Talk ke-13 yang dipandu Adrianus Meliala, Pusat Forensik Terintegrasi UI mengundang pakar forensik Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti untuk menjelaskan tentang posisi kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.

Video diskusi mereka sepanjang 1 jam berlangsung secara live dan kemudian diunggah di akun resmi Pusat Forensik Terintegrasi UI, @pusatforensikui, pada Minggu, 7 November 2021.

Saat itu, dalam kapasitasnya sebagai ahli forensik, dr Sumy Hastry menilai, kasus ibu dan anak di Subang adalah korban pembunuhan karena meninggal tidak wajar.

Menurut dia, dunia kedokteran forensik berbicara bila ada manusia meninggal secara tidak wajar. Bisa karena menjadi korban pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan.

"Kenapa sih dr Hastry tidak menentukan tersangka atau pelaku? Itu bukan ranah saya. Itu (ranah) penyidik. Ranah saya hanya bantuan saksi sebagai ahli forensik," tutur Sumy Hastry.

Baca Juga: SECUIL INFO Kasus Subang, Saksi Ini Lagi Ngasah Parang Saat Didatangi Yosep, Termasuk yang Awal Datang ke TKP

Sumy Hastry melakukan autopsi kedua jenazah Tuti Suhartini dan Amel pada 2 Oktober 2021, berjarak 1 bulan 15 hari sejak kejadian. Ia juga pergi ke TKP untuk melengkapi data yang dirasa kurang.

Meskipun demikian, dr Sumy Hastry menilai kedokteran forensik yang awal belum menyeluruh. Sedangkan autopsi kedua yang ia lakukan hanya untuk melengkapi data dari TKP.

"Harusnya memang tidak ada autopsi kedua di kedokteran forensik. Tapi kalau memang dianggap perlu ya kita periksa lagi," kata Sumy Hastry.

Ia menjelaskan bahwa autopsi atau memeriksa jenazah itu seperti mudah tetapi sebenarnya sangat sulit.

Oleh karena itu, seharusnya dokter forensik benar-benar bisa connect (berhubungan) dengan TKP atau datang ke TKP.

Kalau dokter forensik tidak datang ke TKP atau tidak tahu tentang TKP, Sumy Hastry menyarankan seharusnya didampingi penyidik di kamar jenazah.

Meski demikian, seharusnya ahli forensik memang mendatangi lokasi TKP didampingi penyidik atau bersama-sama.

Sumy Hastry menjelaskan, setelah dokter forensik melakukan autopsi, penyidik akan bertanya pertama kali tentang waktu kematian karena penting untuk menentukan alibi.

Setelah itu, cara kematian. Apakah ada luka kekerasan di tubuh korban karena senjata tajam atau senjata tumpul.

Baca Juga: INFO MENGEJUTKAN KASUS SUBANG, Ada Saksi Melihat Terduga Pelaku? Penumpang Angkot Lihat Alphard Mundur di TKP

Selanjutnya, mekanisme kematian. Bagaimana korban meninggal dunia, apakah ada tanda-tanda perlawanan atau tidak.

Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan secara menyeluruh, mulai dari rambut hingga ujung kaki, juga alat kelamin, mulut, anus, hingga kuku.

Tak hanya kasus Subang, tapi juga semua kasus, kalau korbannya perempuan, menurut dr Sumy Hastry, minimal dilakukan swab dan mencari benda-benda yang menempel di tubuh jenazah.

"Takutnya ada kekerasan seksual atau ada perlawanan. Bentuk perlawanan dalam semua kasus pembunuhan, kita periksa semua, sekecil apapun, misalnya, bekas gigitan, bekas cakaran, bekas jambakan," tutur Sumy Hastry.

Terkait informasi autopsi kedua kasus Subang, Sumy Hastry mengonfirmasi kemungkinan terjadinya bias, terutama karena adanya rentang waktu jarak 1 bulan 15 hari sejak kejadian.

Namun, Sumy Hastry bersyukur karena Tuhan masih memberikan kemudahan.

"Jenazah korban masih dalam kondisi bagus. Dan saya bisa cocokkan dengan keadaan luka di tubuh korban dengan autopsi pertama," tuturnya.

Namun selain berbagai fakta tersebut, Sumy Hastry tidak bisa menceritakan hasil autopsi kedua terhadap jenazah Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu. 

Sumy Hastry beralasan, dokter forensik atau saksi ahli yang lain, hanya menyerahkan hasilnya kepada tim penyidik atau nanti berbicara di pengadilan.

Bahkan ketika banyak rekan meminta hasil autopsi kedua dalam kasus Subang, dr Sumy Hastry juga tidak bisa membicarakannya.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERBARU, Misteri BMW di Rumah TKP Kasus Subang Terungkap, Ini Alasan Tidak Bisa Diambil

Kendala kasus Subang lama terungkap

Kriminolog UI Adrianus Meliala dalam kesempatan itu bertanya mengapa kasus Subang lama terungkap, padahal kejadiannya di sebuah daerah di Subang dan kelihatannya tidak banyak yang terlibat.

Menurut Sumy Hastry, kendala secara umumnya adalah olah TKP tidak sinergi, tidak holistik, tidak bersama-sama.

"Setelah (kasusnya) digelar, masing-masing ahli berbicara, tidak connect. Akhirnya, kita ulang lagi, dari Inafisnya, penyidikannya, IT-nya, bahkan dari kedokteran forensiknya seperti saya," tutur dr Sumy Hastry.

Sumy Hastry menegaskan, kuncinya adalah tim penyidik dan saksi ahli harus selalu bersama-sama.

"Next kalau ada kasus lagi, minta dari kriminolog, ahli forensik, dan ahli lainnya seperti di Center Forensic di luar negeri. Lalu ada psikiater forensiknya yang memprofile terduga pelaku yang berubah-ubah kesaksiannya," tuturnya.

Adrianus Meliala mempertanyakan, apakah masing-masing ahli berjalan sendiri-sendiri sehingga saat kegiatan gelar perkara menjadi tidak kompatibel, sering terjadi dalam konteks penyidikan di kepolisian.

Baca Juga: EKSKLUSIF Kasus Subang, 6 Bulan Lebih Hidup Terlunta-lunta, Rohman Hidayat Ungkap Permintaan Yosep

Sumy Hastry menjelaskan, kemungkinan waktu itu ada berbagai situasi dan kegiatan setelah 17 Agustus 2021, termasuk soal penanganan Covid-19 dan vaksinasi.

Akan tetapi, kata dia melanjutkan, selama ini, ahli forensik bisa bekerja sama dengan tim olah TKP dan turun bersama-sama.

"Jadi jangan menyalahkan tim penyidik kepolisian Subang karena tidak semuanya bisa dan berpengalaman," ucapnya.

Sumy Hastry menyatakan bahwa karena tidak semuanya bisa makanya harus terus memberikan pengalaman dan pemahaman kepada penyidik yang baru.

Sumy Hastry juga menegaskan bahwa dalam kasus kejahatan, tim penyidik tidak butuh pengakuan tersangka pelaku, jika ahli forensik punya data DNA.

"Minded-nya ke DNA, biar ada pertanggungjawaban secara ilmiah. Data DNA saintifik banget dan tidak bisa sembarangan," ujarnya.

Menurut dia, tim penyidik harus terus diingatkan tentang pengambilan sampel DNA di TKP karena mereka bukan dokter dan perawat.

Baca Juga: Rumah TKP Kasus Subang Jadi Rumah Hantu? Dijual atau Ditempati? 6 Bulan Tak Bisa Pulang, Ini Keinginan Yosep

"Mereka tahu caranya memfoto, menyegel, membuat berita acara, tetapi pengambilan sampelnya bagaimana? Apakah pakai kantong plastik, nanti terkontaminasi nggak? Kalau ada darah bagaimana sih? Punya siapa, berapa lama," tutur dr Sumy Hastry.

Sumy Hastry berkeyakinan bahwa kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang akhirnya bakal terungkap meskipun membutuhkan waktu.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Instagram @pusatforensikui


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x