Akibatnya, anak-anak Ciseuti yang menjalankan ronda membangunkan sahur yang menjadi kebiasaan warga, jadi terbatas.
Anak-anak yang ronda berkelompok sekitar 10 sampai 20 orang itu, kini tidak berani melakukan ronda membangunkan sahur hingga ke depan SMA Jalancagak di dekat TKP kasus Subang.
“Warga sekitar TKP mengeluhkan karena anak-anak ronda membangunkan sahur tidak lagi melewati rumah mereka,” tutur Pak Dede.
Akibat kasus pembunuh ibu dan anak di Subang yang menewaskn Tuti dan Amel belum juga terungkap, membuat kondisi TKP Ciseuti tidak terawat.
Halaman dan lahan di sebelah rumah TKP Ciseuti, dipenuhi rumput ilalang yang mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter.
Apalagi, jika di malam hari, kondisi rumah TKP kasus Subang gelap gulita karena tidak ada penerangan.
Menurut Pak Dede, setengah bulan lalu lampu di dalam rumah TKP masih menyala, namun saat ini sudah tidak menyala lagi.
Pak Dede berharap agar polisi secepatnya mengungkap siapa tersangka pelaku di kasus Subang agar membuat warga Ciseuti, khususnya warga di sekitar TKP pembunuhan, bisa tenang.
Itu pula, menurut Pak Dede, berdampak pada kegiatan usaha warga di sekitar TKP.