Ketika itu hasil olah TKP, di meja makan terdapat bungkusan nasi goreng. Foto nasi goreng di meja makan tersebut kemudian ditunjukkan oleh tim penyidik kepada Yosef saat diperiksa.
Penunjukan foto dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan atau profiling almarhum Tuti dan Amel jika makan nasi goreng yang dibeli dari luar.
“Saksi tukang nasi goreng inilah yang diduga awalnya ketakutan karena takut identitas dirinya dan keluarganya diketahui,” tuturnya.
“Tapi sekarang sudah mau memberikan keterangan karena ada jaminan dari tim penyidik bahwa identitas dirinya dan keluaranya akan tetap dijaga kerahasiaanya,” lanjut Anjas.
Baca Juga: Menag Yaqut Cholil Qoumas Terbitkan Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala
Selain tukang nasi goreng, menurut Anjas, yang kemungkinan besar ada saksi lain yang tak mamu memberikan keterangan karena merasa ketakutan identitasnya terbuka yang justru dikhawatirkan jadi boomerang bagi dia dan keluarganya.
Saksi yangdimaksud, di antaranya ada sejumlah saksi yang mengirim beberapa informasi kepada Anjas melalui Instagram.
Saksi tersebut, di antaranya adalah warga yang memberitahu Anjas di awal kasus soal titik koordinat terakhir HP Samsung Amel yang hilang. Saat itu, komunikasi terakhir di HP tersebut ada sekitar pukul 7.15 WIB pada tanggal 18 Agustus 2021, setelah kejadian pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Orang tersebut memiliki kemampuan melacak BTS HP seseorang, dan setelah melakukan pengecekan ke lapangan, warga tersebut menyatakan bahwa pada jam itu titik koordinat HP Samsung milik almarhum Amel, berada di antara pertigaan Jalancagak dengan kantor Polsek Jalancagak.
“Ada seseorang yang berikan titik koordinat saat pagi hari di tanggal 18 Agustus 2021. Kenapa orang tersebut tidak mau berikan keterangan ke tim penyidik. Apakah karena ketakutran atau ada faktor-faktor lainnya,” ujar Anjas.