Kala itu, jalan Dago masih berupa hutan belantara dengan jalan setapak yang gelap gulita dan menjadi satu-satunya akses para petani menuju pasar di Bandung.
Baca Juga: Inilah Cara Melihat Khodam Pendamping Diri Sendiri, Gampang Sekali dan Tanpa Ritual
Ngerinya, jalan setapak yang gelap gulita ini, masih dikuasai perampok (begal) dan binatang buas.
Makanya, karena alasan keamanan diperjalanan, para petani yang bermukim di Bandung Utara selalu pergi bersama-sama ke pasar di Bandung (ngabring—Bahasa Sunda).
Lama-lama, kebiasaan orang-orang para petani Bandung Utara ini saling menunggu (silih dagoan—Bahasa Sunda) di suatu tempat di kawasan Dago.
Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri Orang yang Akan Dijadikan Tumbal Pesugihan, Salah Satunya Linglung
Jadi, nama Dago itu sebenarnya sebuah tempat di mana para petani saling menunggu, orang Sunda bilang ‘silih dagoan’.
Dan, tempat saling menunggu (silih dagoan) para petani itu, kini menjelma menjadi kawasan Dago, yang terkenal sebagai kawasan hunian elite dan destinasi wisata.
Kini, di sepanjang kawasan Jalan Dago (Ir.H.Djuanda) sudah ramai dengan hotel, perkantoran, kuliner, dan factory outlet (FO).