Baca Juga: Stasiun Cimahi, Adalah Stasiun Kereta Api Pertama yang Memiliki WC, SEJARAH JAWA BARAT
Kejadian kecelakaan kereta api bersangkutan terjadi pada siang hari menjelang sore, dengan tujuan ke Tasikmalaya. Saat di Stasiun Gedebage dengan kecepatan 32 km/jam, masinisnya “tertipu” sinyal sehingga meluncurkan ke rel buntu di stasiun tersebut.
Rangkaian kereta api yang terdiri sembilan gerbong tersebut dengan isi banyak penumpang orang Belanda, sudah sulit direm. Akhirnya, rangkaian kereta api itu menghantam baja penghalang di ujung rel buntu, dan lokomotifnya terhempas.
Dari hasil penyelidikan, kemudian diketahui, bahwa kondisi sinyal belum optimal. Sebab, saat itu sedang transisi pergantian sinyal lama ke sinyal modern pada masa itu.
Baca Juga: Stasiun Bandung, Pernah Ada Pasar Darurat Beras, Sering Menjadi Tempat Mengoplos Jatah Beras PNS
Kemudian diketahui, korban yang tewas pada kecelakaan kereta api di Stasiun Gedebage itu, adalah bernama Nalhasim, seorang penyuguh teh di rangkaian kereta api.
Kejadian tewasnya Nalhasim disebutkan mengenaskan. Bermula ketiga akan melompat keluar gerbong, kemudian terhantam dua gerbong yang terhempas, sehingga kepalanya hancur.
Pada masa kini berselang lama kemudian, mantan Humas PT Kereta Api (persero), Endang Suherman, mengenang, dirinya pernah bertugas di Stasiun Gedebage sewaktu tahun 1980-an dahulu masih disinggahi untuk membawa atau menurunkan penumpang.
“Saat itu, entah mengapa, di Stasiun Gedebage belum ada listrik. Jadi kalau malam hari, berjaga dengan penerangan hanya menggunakan lampu petromaks,” kenangnya. ***