Munggahan Ramadhan 1445 H/2024 di Cianjur, Harga Beras Diklaim Sudah Turun

10 Maret 2024, 16:15 WIB
Cadangan beras di Jawa Barat 2024. /Instagram @bulog.jabar

DESKJABAR – Suasana munggahan Ramadhan 1445 H/2024di Kabupaten Cianjur, harga beras diklaim pemkab setempat sudah turun. Dengan gambaran tersebut, masyarakat yang akan menunaikan ibadah puasa untuk berbuka dan shaum, berkurang kondisi sutuasi berat soal harga beras.

Pemeritah gencar menggelontorkan pasokan beras ke sejumlah wilayah di Indonesia untuk persiapan Ramadhan 1445 H/2024. Cadangan beras yang dipasok merupakan beras impor, karena diketahui hasil panen padi lokal mulai bertahap musim panen pada Maret 2024 ini.

Termasuk pula di Cianjur, yang masih menjadi salah satu sentra penghasil beras di Jawa Barat. Pihak pemerintah mengklaim bahwa pasokan beras ke pasaran membuat harga menjadi turun untuk Ramadhan, setelah sebelumnya mengalami kenaikan drastis.

Bupati Cianjur, Herman Suherman, menyebutkan, harga beras di Cianjur sudah turun sampai Rp 2.000/kg. Ia memberikan gambaran ketika melakukan monitoring ke beberapa pasar, beberapa waktu lalu, dengan dilansir Kementerian Pertanian pada Sabtu, 9 Maret 2024.

“Kini harga beras di Cianjur rata-rata turun menjadi Rp 13.000/kg dari sebelumnya masih Rp 15.000/kg,” ujarnya.

Bahkan, katanya, di Cianjur juga sedang musim penanaman komoditas pangan lainnya, yaitu jagung. Jadi urusan ke pakan diyakini stabil, yaitu untuk para ayam, sehingga harga daging ayam nantinya menjadi ikut stabil.

 Baca Juga: Munggahan Ramadhan 1445 H/2024 di Bandung, Beras dan Daging Cepat Ludes Diminati Konsumen

Panen provinsi sebelah

Sementara itu, di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pihak Kementerian Pertanian mengabarkan, sebanyak 48.791 hektar sudah panen, dengan disebutkan harga gabah menjadi turun.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyampaikan di Kabupaten Demak, pemerintah setempat sudah berhasil mengawal dan memastikan pertanian padi berjalan dengan baik.

"Di Demak, para petani berhasil memanen padi di lahan puluhan ribu hektare atau sekitar 560.000 ton gabah kering. Meski sedikit terkendala panen di awal masa panen karena banjir," jelas Suwandi.

Suwandi menambahkan, saat musibah terkena banjir di Demak, Grobogan dan Kudus beberapa waktu lalu, pihak Kementan  sudah mengirim combine harvester 10 unit di Demak, 10 unit di Grobogan dan 5 unit di Kudus dikelola sebagai brigade panen.

Ia menilai, progres masa panen yang sedang dilakukan oleh para petani di Kabupaten Demak, akan membantu menekan tingginya harga beras daerah tersebut. "Ini tentu akan menstabilisasi harga beras di wilayah dan juga membantu kebutuhan pangan secara nasional," papar dia.

Baca Juga: Panen Raya Padi 2024 Melimpah, Muncul Dilema Harga Beras dan Harga Gabah, Konsumen vs Petani

Ketua Perpadi (Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia) Jawa Barar, H Ermaya, menyebutkan, pada saat normal, Kabupaten Demak merupakan pemasok beras ke Jawa Barat, terutama ke Kota Bandung.

Dikatakan, selama ini memang unik soal penyaluran dan konsumsi beras di Jawa Barat. Kondisi ini sudah berlangsung sangat lama, sehingga tidak aneh jika di Jawa Barat menjadi terkena imbas jika terjadi harga beras sedang mahal, walau sebenarnya termasuk sentra beras nasional.

“Dari Jawa Barat, panen dari utara kebanyakan hasil dijual ke Jakarta dan sekitarnya. Untuk keperluan Bandung dari Demak dan Cianjur, serta petani di selatan Jawa Barat lebih selektif menjual gabah, karena mereka suka menabung sebagian panen,” ujarnya. ***

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler