IPB University Kembangkan Teknik Bioremediasi, Prof Moh Yani : Berguna untuk Memulihkan Lingkungan Tercemar

29 Agustus 2023, 10:48 WIB
Guru Besar Teknik dan Manajemen Lingkungan sekaligus dosen di Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB University, Prof M Yani, teknik bioremediasi yang berguna untuk memulihkan lingkungan yang tercemar limbah berbahaya dari pertambangan, manufaktur dan pertanian. /IPB University/

DESKJABAR  – Guru Besar Teknik dan Manajemen Lingkungan IPB University, Prof Moh Yani mengembangkan teknik bioremediasi yang berguna untuk memulihkan lingkungan yang tercemar limbah berbahaya dari pertambangan, manufaktur dan pertanian.

Hal itu disampaikan Prof Yani saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University kepada awak media di Kampus IPB Dramaga beberapa waktu lalu.

Baca Juga: KAPAN Tol Getaci Mulai Dibangun? INILAH Daftar 5 Desa Paling Terdampak di Ruas Gedebage Hingga Garut Utara

Teknik Bioremediasi Lanjut Prof Yani, merupakan salah satu metode untuk pemulihan lingkungan yang sudah tercemar limbah berbahaya dan beracun (B3), dengan memanfaatkan mikroba.

“Teknik bioremediasi dengan memanfaatkan mikroba, dapat memulihkan lingkungan yang tercemar limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),” terangnya.

Prof Yani sekaligus dosen di Departemen Teknologi Industri Pertanian mengungkapkan, strategi pengembangan teknik bioremediasi lingkungan tercemar limbah B3 dimulai dari isolasi mikroba pendegradasi polutan, formulasi dan produksi bio-oil spill dispersant (BIO-OSD).

Kemudian Prof Yani juga menuturkan bahwa seleksi tanaman fitoremedian dan pengembangan teknik bioremediasi dari skala laboratorium, pilot sampai penerapan di lapangan.

“Pengembangan isolat dan konsorsium mikroba dimulai dari eksplorasi sumber mikroba lokal. kemudian dilakukan seleksi dan pengujian terhadap kemampuan mikroba hingga berhasil memperoleh isolat yang berkinerja baik dalam biodegradasi polyaromatic hydrocarbon (PAH) dan pestisida untuk keperluan pengelolaan lingkungan,” jelasnya.

Selanjutnya ungkap Prof Yani, teknik bioremediasi dengan formulasi dan produksi BIO-OSD diperoleh dari campuran larutan surfaktan dietanolamida (DEA) dan metil ester sulfonat (MES) yang disintesis dari minyak sawit. Pengembangan formula BIO-OSD telah diteliti dan diujicobakan sejak tahun 2014.

“Prototipe BIO-OSD diujicobakan pada air laut dicemari minyak bumi. Terbukti air laut yang dicemari minyak bumi, setelah diberi BIO-OSD, cemaran minyak langsung hilang dari permukaan dan larut,” paparnya.

Dalam waktu dekat lanjut Prof Yani , produk BIO-OSD akan diproduksi secara masal dan akan muncul di pasaran nasional.

Baca Juga: AROMA Kasus Subang 2021 Segera Terungkap, Ada Petunjuk dan Ciri Pelaku serta Pasal yang Disiapkan

“Selain itu, pengembangan teknik bioremediasi juga bisa dilakukan dengan teknik biopile, landfarming, bioslurry dan fitoremediasi,” Prof Yani menambahkan.

Berbagai teknik tersebut dikembangkan agar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan lingkungan tercemar. Pengembangan teknik biopile juga telah dilakukan diuji coba di laboratorium hingga pengujian di lapangan oleh salah satu perusahaan pertambangan migas.

Pengembangan teknik pemulihan lingkungan lainnya adalah dengan teknik fitoremediasi. Teknik ini berupa seleksi tanaman fitoremedian yang dilakukan untuk memilih jenis tanaman yang toleran terhadap minyak bumi pada konsentrasi tinggi atau total petroleum hydrocarbon (TPH).

Beberapa tanaman fitoremedian yang potensial menurut Prof Yani banyak jenisnya diantaranya  tanaman jenis jarak pagar/kepyar, tagetes, sorghum, vetiver dan paspalum.

Baca Juga: Ridwan Kamil Diminati Jadi Gubernur Banten, Peluang Selain dari Jawa Barat

“Penggunaan tanaman dengan penambahan BIO-OSD akan mempercepat degradasi polutan limbah B3 atau minyak bumi dari tanah tercemar,” ucapnya.

Pengembangan skala bioremediasi teknik fitoremediasi telah dilakukan pengujian di laboratorium hingga lapangan juga dilakukan di area perusahaan minyak dengan menggunakan tanaman vetiver dan rumput bahia (paspalum).

“Masing-masing teknik bioremediasi memiliki karakteristik, keunggulan dan peruntukannya masing-masing tergantung kebutuhan dalam penanganan lingkungan tercemar limbah B3,”pungkasnya.***

 

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: IPB University

Tags

Terkini

Terpopuler