Menjelang Ramadhan 2023, Masakan Rantang, Nostalgia di Bandung dan Sumedang, Apakah Kini Masih Ada ?

2 Maret 2023, 12:12 WIB
. Ada nostalgia menjelang Ramadhan di Bandung dan Sumedang, yaitu berupa masakan rantang yang dahulu paling ditunggu. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Bulan Ramadhan 2023 semakin dekat, dimana masyarakat mulai ramai menyambutnya dengan suka cita dan sejumlah kegiatan di Jawa Barat. Ada nostalgia menjelang Ramadhan di Bandung dan Sumedang, yaitu berupa masakan rantang yang dahulu paling ditunggu.

Pada zaman sekarang, masakan rantang tampaknya sudah jarang dan oleh anak muda sekarang disebut sebagai era vintage. Tetapi ada juga masyarakat yang iseng mencoba membuat kembali masakan rantang untuk dikirimkan ke kerabat dekat, sekedar nostalgia menjelang Ramadhan 2023.

Di Kota Bandung, terutama tahun 1980-an, masyarakat senior masih sangat mengingat, dimana tradisi antar masakan rantang marak dilakukan. Anak-anak biasanya paling gembira jika ada orang mengantar masakan rantang. 

Kenangan tradisi tahun 1980an

Namun sejak pertengahan tahun 1980-an, tradisi saling mengirim masakan rantang berangsur menjadi lenyap sampai kini nyaris tidak ada lagi sejak tahun 1990-an. Banyak penyebab mengapa tradisi masakan rantang menjadi lenyap, namun menyisakan kenangan manis.

Ada yang khas menu masakan rantang, yaitu umumnya seragam, berisi tumis kentang, tumis bihun, semur daging sapi, masakan buncis, masakan cabe hijau, goreng atau semur ikan mas, telur rebus, nasi, dan kerupuk. Kira-kira sama, menu tersebut antara masakan rantang dan masakan pada kemasan besek untuk hajatan.

Salah satu nostalgia tradisi masakan rantang di Kota Bandung dan di Sumedang tahun 1980-an, adalah di Jalan Cipedes Bandung dan di Tanjungsari Sumedang. Masyarakat senior sampai kini masing terkenang, dan senyum-senyum bahagia ketika ditanya soal nostalgia masakan rantang.

Baca Juga: Ramadhan 2023 di Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan Sukabumi Saat Musim Pancaroba

Kenangan bikin tersenyum mengingatnya

Kenangan tradisi tradisi masakan rantang, dikenang dua warga Jalan Cipedes, Ibu Adin (67) dan Ibu Idar (48). Mereka mengingat, biasanya tradisi masakan rantang ramai sekitar 3 pekan menjelang Ramadhan.

Begitu pula warga Tanjungsari, Sumedang, Ibu Wartikah (49) menyebutkan juga dahulu masyarakat meriah ketika masih tradisi saling antar masakan rantang.

Walau jenis masakannya rata-rata sama atau tidak beda jauh dan sudah bisa ditebak isinya, tetapi masyarakat selalu gembira menantikan ada orang datang mengirim masakan rantang. Sebab, ada perbedaan cita rasa dari para orang yang memasaknya, ada yang dikenal paling enak atau masing-masing beda kekhasan.

“Biasanya, yang paling diincar, adalah semur daging, tumis kentang, dan semur cabe hijau. Bahkan, ada juga anak-anak terlihat berjingkrak-jingkrak ‘dagingna jang uiing..dagingna jang uiiiing’ (dagingnya buat saya ya…),” kenang Wati, warga Jalan Cipedes Bandung.

Baca Juga: Bekas Bioskop Lama di Sumedang, Kenangan Anak Kos Tahun 1980-an

Ada pun tampilan rantang yang khas pada masa itu, adalah berbahan logam, dengan warna populer, warna hijau telur asin, warna loreng hijau-putih, serta putih bergambar bunga. Setiap rantang, tersusun 3 sampai 4 rantang, masing-masing rantang dibagi isinya, lauk pauk, nasi, dan kerupuk.

Tetapi lambat laun bahkan tidak terasa, sejak sekitar tahun 1985, tradisi saling antar masakan rantang menjadi lenyap. Orang-orang tidak sadar, bahwa tradisi yang aslinya berawal berupa kearifan sosial saling berbagi rejeki dan mempererat persaudaraan antar warga itu tanpa terasa sudah lenyap.

Cerita berkembang, penyebabnya, diantara sebagian masyarakat tidak mampu menjadi suka memaksakan karena malu, masakan rantang menjadi belimpah sehingga kemudian berputar dikirimkan lagi, serta jumlah tetangga menjadi banyak dan banyak yang tidak dikenal. ***

 

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler