DESKJABAR – Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu dari dua hari besar umat Islam, yang disambut suka cita dengan penuh makna.
Ada kenangan zaman dahulu yang pernah terjadi di Kota Bandung pada tahun 1952, saat pelaksanaan shalat Idul Adha 1373 Hijriyah.
Saat itu, hujan tiba-tiba mengguyur saat shalat Idul Adha 1373 di Kota Bandung masih dipusatkan di Lapangan Tegallega.
Diberitakan suratkabar AID Preangerbode terbitan 1 September 1952 yang arsipnya tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Belanda, meski diguyur hujan, ribuan umat Islam berkumpul di lapangan Tegallega kemarin paginya, melakukan salat berjamaah dalam rangka Idul Adha.
Baca Juga: Bule Cantik Asal Jerman Qurban Domba Justin Bieber dan Jungkook
Ustad Abdul Rachman dalam khotbahnya, mengatakan, bisa jadi seseorang itu kepanasan di kala hujan, sedangkan dia kedinginan di kala panas. Ini adalah tanda bahwa orang seperti itu sakit.
Demikian pula, kata Ustad Abdul Rahman, orang-orang di negara merdeka (maksudnya Indonesia) yang baru diperoleh, mungkin merasa tidak aman dan tidak bahagia, meskipun mereka telah mengorbankan hampir segalanya untuk mendapatkan kemerdekaan nasional.
“Mungkin ada orang-orang merasa bahwa lebih aman untuk hidup dalam keadaan tidak merdeka. Ini kemudian menjadi tanda, bahwa negara merdeka terkena penyakit sosial,” kata Ustad Abdul Rachman dalam khotbah yang digelar usai salat Idul Adha.
Dia menjelaskan pentingnya hari besar ini dan menyatakan bahwa asal mula penyakit sosial disebabkan oleh krisis iman.