Pertanian Padi Jawa Barat Anjlok Produktivitas Jelang Panen Raya 2023 Akibat Pupuk

22 Februari 2023, 09:25 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melihat panen padi di utara Jawa Barat baru-baru ini, dengan dikabarkan hasilnya bagus. Tetapi di selatan kabarnya produktivitas anjlok akibat harga pupuk bersubdisi. /dok Kementerian Pertanian

DESKJABAR – Usaha pertanian padi di Jawa Barat menjelang panen raya tahun 2023 yang mengalir kini, terindikasi mengalami penurunan produktivitas. Usaha penggilingan padi masih memperoleh pasokan dibawah rata-rata dibandingkan saat yang sama dengan setahun lalu. 

 

Sekretaris Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Jawa Barat, Muchlis Anwar, kepada DeskJabar, di Bandung, Rabu, 22 Februari 2023 mengatakan, dari pengamatan yang dilakukan, rata-rata gabah dihasilkan sekitar 3,5-4 ton/hektare, dibandingkan biasanya 5-6 ton/hektare.

“Dengan dikuranginya pupuk bersubsidi oleh kebijakan pemerintah pusat cq. Kementerian Pertanian, para petani mengalami anjlok produktivitas,” ujarnya.

Baca Juga: Hadapi El Nino 2023, Percepatan Tanam Pertanian dan Perkebunan Dilakukan

Terdampak harga dari PT Pupuk Indonesia

Disebutkan Muchlis Anwar, kondisi terjadi ketika penanaman lalu, para petani belum biasa dengan harga pupuk kekinian atau harga pasar yang sudah ditentukan oleh Holding Pupuk PT Pupuk Indonesia. Sebab, sekarang banyak menjual pupuk harga kekinian.

Disebutkan, kondisi anjloknya produktivitas gabah di Jawa Barat terutama terjadi di kawasan selatan Jawa Barat, bahkan termasuk di Bandung Raya.

 Baca Juga: Ridwan Kamil vs Uu Ruzhanul di Pilgub Jawa Barat 2024, Bagaimana Perhatian pada Pertanian ?

Pasokan gabah dan produksi beras

Soal pasokan gabah ke penggilingan dan produksi beras akan dihasilkan, menurut Muchlis Anwar, tetap akan stabil jika sudah panen raya. Bahkan pertanian padi di Jawa Barat akan memasuki musim tanam lagi.

“Tetapi, kalau pun terjadi akan terjadi, tingkat hasil panennya kurang bagus,” terangnya.

Gambaran pertanian padi di selatan Jawa Barat

Sementara itu, pebisnis senior beras Jawa Barat, H Ermaya mengatakan, kawasan selatan Jawa Barat memiliki karakter yang cukup berbeda dibandingkan utara. Masyarakat petani di selatan Jawa Barat punya karakteristik menabung gabah ketika panen padi, sehingga tidak semuanya dijual.

Baca Juga: Kemarau di Jawa Barat 2023, Serangan Tikus Bakal Mengganas ke Pertanian dan Pemukiman ?

Untuk soal pemupukan pada pertanian padi di selatan Jawa Barat, Ermaya mengatakan, kebutuhan pupuk bersubsidi memang sama-sama tinggi pula baik di utara maupun selatan Jawa Barat. Tetapi di selatan Jawa Barat masih banyak petani yang cenderung kombinasi dengan bahan-bahan organik.

Lain halnya di utara Jawa Barat, disebutkan Ermaya, ada kebiasaan para petani menjual habis gabahnya ketika panen raya. Pasar beras asal utara Jawa Barat terutama ke Jakarta yaitu ke Cipinang.

Sedangkan beras-beras yang masuk ke Bandung dan sekitarnya, menurut Ermaya, banyak yang berasal dari Jawa Tengah, misalnya dari Demak terutama kelas medium.

Namun untuk kualitas beras premium atau kelas mahal dari Jawa Barat, terutama dari Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur, biasanya dijual untuk segmen rumah makan atau konsumen kelas atas. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara

Tags

Terkini

Terpopuler