DESKJABAR – Di Kabupaten Bandung Barat (KBB), petani memiliki bekal besar untuk bekal Lebaran 2022 hasil tumpangsari tanaman kopi dan tomat, kombinasi usaha perkebunan dan pertanian.
Penghasilan sekaligus dari usaha tanaman kopi dan tomat yang harga jualnya sedang bagus, membuat petani sekaligus pekebun bergairah selama bulan Ramadhan 1443 H ini.
Adalah tumpangsari tanaman perkebunan dan hortikultura, berupa kopi dan tomat dimana momen diperoleh ternyata harga sedang bagus bagi petani pada bulan April 2022 ini.
Baca Juga: Perkebunan, Disbun Jabar Optimalisasi Fisik Tanaman Kopi Menghadapi Kemarau 2022 di Bandung Barat
Fungsional POPT Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Mochamad Sopian Ansori, yang sedang melakukan pembinaan di lapangan di Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB), kepada DeskJabar, Sabtu, 9 April 2022, memberikan gambaran fenomena usaha petani pekebun setempat pada Ramadhan 1443 H ini.
Disebutkan, integrasi usaha budidaya tanaman kopi (arabika) dan tomat, dimana dari luasan 6.000 m2 populasi kopi 600 pohon, tomat 10.000 pohon dengan potensi panen 30 ton.
Disebutkan, para petani kopi sedang memperoleh harga jual Rp 11.000 cherry/kg, serta tomat Rp 4.000/kg.
Baca Juga: Perkebunan, PTPN VIII Lakukan Right Sizing Kebun Teh Sebagai Solusi Efektivitas Pengelolaan Teh
Boleh jadi, dari luasan tersebut dengan potensi panen, hasil pendapatan diperoleh menjelang Lebaran ini jika pendapatan dirata-ratakan ditengahkan Rp 7.500/kg dari kopi dan tomat, dihasilkan taksiran pendapatan mungkin di atas Rp 200 jutaan.
Disebutkan Mochamad Sopian Ansori, dari pengamatan dilakukan, fenomena yang tampak adalah tanaman kopi pun terawat dengan baik karena ada pemeliharaan tomat.
Khusus tanaman kopi, dengan luas lahan 2 hektare, potensi panen raya 2022 mencapai 18 ton cherry atau sekitar 1,8 ton greenbean (harganya asumsi sedang Rp 130.000/kg).
Disebutkan, pihak Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat pun sedang melakukan dukungan pengairan untuk kelangsungan panen kopi saat Ramadhan ini dan pasca Lebaran nanti.
Caranya, mempersiapkan embung-embung untuk pengairan tanaman kopi para petani di Desa Mekarwangi. Apalagi, para pembeli sudah menanti hasil panen kopi.
Sebab, selama ini terkait ketersediaan air di areal kebun yang hanya mengandalkan curah hujan. Saat kemarau sangat kekurangan air pasokan.
Baca Juga: Pria di Majalengka 87 Kali Menikah, Banyak Didatangi Orang Minta Resep Obat Kuat
Ada pun tantangannya, adalah kondisinya masih tidak sesuai potensi lahan karena keterbatasan budidaya kopi yang baik dan benar.
Kondisi demikian, kata Mochamad Sopian Ansori, rata rata tahun lalu hanya diperoleh 2 ton/ha karena minimnya pasokan air. Padahal, optimalnya panen raya per ha itu 18 ton/ha.
Soal secara teknis, tumpangsari budidaya tanaman kopi dan tomat, disebutkan Mochamad Sopian Ansori, karena berbeda famili jadi aman secara hama penyakit.
“Selama 2 tahun menunggu kopi tumbuh, petani mendapatkan penghasilan sampingan dari tomat tetapi kopi secara otomatis ikut dipelihara,” ujar Mochamad Sopian Ansori.
Dalam catatan DeskJabar, sebagai gambaran, khusus di luar usaha perkebunan kopi, yaitu gambaran usaha tanaman hortikultura komoditas tomat diketahui sering mengalami fluktuasi harga drastis.
Harga baik kepada petani untuk komoditas tomat, selama ini adalah pada kisaran Rp 2.500/kg, namun ketika sedang oversuplly harga bisa jatuh ke Rp 250/kg dan banyak dibuang atau tidak dipanen.***