“Saya ingin putra saya yang berusia 15 tahun dan putri saya yang berusia 13 tahun hadir dan melihat sendiri apa yang terjadi saat mereka membangun pemahaman tentang apa itu pendudukan dan bagaimana hal ini mengakibatkan dehumanisasi terhadap warga Palestina di Barat,” tutur Mossallam seperti dikutip dari laman Middle East Eye.
“Mereka mendapatkan pengalaman langsung setelah pulang ke rumah dan melihat walikota dari kota terbesar di Amerika mencap mereka sebagai ekstremis dan teroris,” ujarnya.
Mossallam memaparkan bahwa warga Palestina ingin semua korban jiwa diakhiri. Namun untuk melakukan hal tersebut, akar permasalahannya adalah soal pendudukan ilegal Israel atas tanah Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun dan penolakan terhadap hak asasi manusia Palestina, harus diakhiri.
Israel Tanah Curian
Meski unjuk rasa tersebut dikutuk oleh banyak pejabat terpilih, termasuk Gubernur New York Kathy Hochul, namun banyak warga New York justru mendukung unjuk rasa tersebut. Bahkan ada sejumlah warga keturunan Yahudi yang hadir di unjuk rasa.
Rebecca, yang tidak ingin nama belakangnya disebutkan, merupakan seorang mahasiswa Yahudi di New York. Dia menghadiri unjuk rasa tersebut bersama dua temannya, dengan bangga mengenakan keffiyeh dan meneriakkan, “Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka”.
Rebecca mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan ke Israel bersama keluarganya setiap musim panas dan tumbuh dengan keyakinan bahwa Israel adalah milik orang Yahudi. Namun begitu dia kuliah, dia mengetahui tentang pembersihan etnis di Palestina.
“Israel bukan milik orang Yahudi. Ini benar-benar tanah curian. Pencurian tanah dilakukan dengan pembersihan etnis ratusan ribu orang Arab,” katanya.
Baca Juga: Ketua PGRI Jabar Didorong Para Guru di Tasikmalaya Jadi Anggota DPD RI Pada Pemilu 2024
“Saya dan semua orang yang ikut pawai kemarin mendukung perlawanan Palestina. Menyebut kami ekstremis adalah hal yang sangat menjijikkan,” ujarnya menegaskan.
Bukan sekali ini saja Eric Adams memperlihatkan dukungannya kepada zionis Israel. Pada bulan Agustus 2023, dia perjalanan tiga hari ke Israel, termasuk pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan seorang "pemimpin pemukim senior."