BAGAIMANA Penentuan 1 Ramadhan di Arab Saudi, Pemerintah Arab Pernah Bayar Kaffarah

- 30 Maret 2022, 19:21 WIB
Inilah cara penentuan hilal 1 Ramadhan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi
Inilah cara penentuan hilal 1 Ramadhan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi /Pixaby / chiplanay/

DESKJABAR – Menyambut datangnya bulan Ramadhan 1443 Hijriyah, Pemerintah Indonesia akan mengadakan sidang Isbat pada Jumat 1 April 2022.

Lalu, bagaimana penentuan 1 Ramadhan di Arab Saudi, yang bagi sejumlah negara Muslim dunia menjadi acuan mereka untuk menentukan kapan Ramadhan dimulai.

Namun, Pemerintah Arab Saudi pernah melakukan kesalahan penghitungan Idul Fitri pada tahun 2015, yang membuat pemerintah Arab Saudi harus membayar kiffarah atas nama warga negaranya.

Baca Juga: DOSA ZINA Berkali kali Terampuni Cukup dengan 3 Syarat Ini, Simak Nasehat Ustadz Abdul Somad

Saat ini sekitar 1,8 miliar penduduk Muslim dunia tengah menunggu kapan Ramadhan 2002 atau 1443 Hijriyah akan dimulai.

Bagi umat Islam, bulan Ramadhan adalah bulan penuh suka cita, bulan penuh keberkahan dimana mereka berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan.

Di bulan Ramadhan, umat Islam menjalankan puasa wajib sehari penuh, kecuali bagi mereka yang sedang sakit, mentruasi, usia tua, atau masih anak-anak belum balig, dsb.

Penampakan hilal menandakan awal dan akhir bulan suci Ramadhan, bulan kesembilan dalam kalender Islam.

Otoritas keagamaan di Timur Tengah dan sekitarnya akan segera mulai memperhatikan langit malam untuk melihat awal kemunculan bulan sabit, menandai dimulainya Ramadhan.

Dalam kalender Hijriyah, Ramadhan didahului oleh bulan Syaban. Bulan puasa dan spiritualitas dimulai ketika komite penampakan bulan sabit berkumpul setelah matahari terbenam pada hari ke 29 Syaban.

Komite Penampakan Bulan di Mahkamah Agung Arab Saudi mengumumkan tanggal resmi Ramadhan.

Mahkamah Agung Kerajaan sering meminta warga Saudi untuk bergabung dalam upaya melihat bulan sabit.

Baca Juga: Rasulullah SAW Melarang ZIARAH KUBUR Jelang Ramadhan 2022? Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Sebuah tim pengamat astronomi di Hautat Sudair Arab Saudi, sebuah desa yang terletak di persimpangan antara Riyadh, Sudair, dan Qassim, mengamati penampakan bulan.

Desa tersebut berada di pegunungan terpencil, terletak di barat daya kota, jauh dari polusi industri dan terletak 780 hingga 930 meter di atas permukaan laut.

Tempat ini dipilih oleh tim astronom khusus selama enam bulan.

Untuk Ramadhan tahun ini diperkirakan akan dimulai pada 1 April 2022, meskipun prediksi awal ini masih perlu dikonfirmasi oleh penampakan Bulan.

Jika Bulan diamati oleh komite di kerajaan Arab Saudi pada hari Kamis 31 Maret 2022, maka bulan suci Ramadhan akan dimulai pada hari berikutnya.

Jika tidak, maka Ramadhan akan dimulai pada hari Sabtu, 2 April 2022.

Sejumlah negara Muslim dunia biasanya penentuan 1 Ramadhan yang dilakukan Arab Saudi menjadi acuan mereka untuk menentukan 1 Ramadhan. Begitu pula untuk penentuan Idul Fitri.

Namun, setiap negara diharuskan memverifikasi tanggal-tanggal ini secara independen, biasanya melalui komite khusus astronom, pejabat pengadilan, dan penasihat dari otoritas Islam.

Kementerian Wakaf dan Urusan Islam (Wakaf) di Qatar juga meminta masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam penampakan hilal tahun lalu.

 Baca Juga: 1 Ramadhan 1443 Hijriah Jadinya Sabtu 2 April 2022 atau Minggu 3 April 2022? Simak Penjelasan Lengkapnya

Ilmu pengetahuan dan astronomi modern mengubah cara awal Ramadhan diamati.

Teleskop yang digunakan untuk mendeteksi objek yang jauh di luar angkasa, dan teleskop radio untuk menerima sinyal dari objek langit, biasanya digunakan untuk membantu upaya pengamatan Bulan dan membuat prediksi yang lebih akurat.

Bulan mungkin muncul di langit untuk waktu yang singkat, terkadang hanya terlihat dalam hitungan menit.

Pengamat harus berada dalam posisi selama jendela itu di lokasi terpencil yang terbuka, bebas dari polusi visual dan lebih disukai di dataran tinggi.

Pusat Astronomi Internasional di Abu Dhabi mendirikan Proyek Pengamatan Bulan Sabit Islam, yang sekarang digunakan sebagai referensi penting di dunia Muslim.

Pusat tersebut menerbitkan peta yang menggambarkan daerah di mana bulan sabit akan terlihat dengan mata telanjang, teleskop dan tempat-tempat di mana penampakan bulan tidak mungkin.

Baca Juga: Menabur Bunga Saat Ziarah Kubur Bisa Dilarang Jika Seperti Ini, Kata Buya Yahya

Pada 2019, Mahkamah Agung Arab Saudi meminta masyarakat untuk melaporkan setiap penampakan bulan sabit dengan mata telanjang.

Metodologi untuk menentukan awal Ramadhan diperbarui secara berkala dengan aturan agama yang memperhitungkan kemajuan ilmiah.

Pada 2015, Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka membuat perhitungan awal Idul Fitri yang tidak akurat setelah para astronom mengatakan pengamat mungkin melihat Saturnus daripada bulan baru, menyebabkan beberapa Muslim berbuka puasa lebih awal.

Pemerintah Saudi akhirnya membayar Kaffarah, sumbangan untuk menebus puasa, atas nama penduduk dan warga negara itu.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: thenationalnews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah