MISTERI Batalyon Azov, Militer Neo Nazi di Ukraina, Rusia Temukan Bukti, Amerika Membantah Keterlibatannya

- 9 Maret 2022, 21:07 WIB
Militer Neo-Nazi Batalyon Azov berbasis di Ukraina
Militer Neo-Nazi Batalyon Azov berbasis di Ukraina /militarywatchmagazine.com/

 

DESKJABAR – Konflik Rusia Ukraina menguak sisi gelap lain tentang keberadaan militer neo Nazi atau yang disebut dengan Batalyon Azov yang membantu militer Ukraina.

Batalyon Azov merupakan resimen militer neo Nazi yang berbasis di Ukraina, yang didirikan oleh supremasi kulit putih. Mereka menjadi perhatian dunia, setelah anggotanya terlibat dalam krisis Rusia Ukraina.

Pekan lalu, Batalyon Azov memicu kemarahan atas video menghina dan rasis yang dibagikan oleh Pengawal Nasional Ukraina (NGU) di Twitter. Tayangan video menunjukkan anggota Azov mengolesi peluru dengan lemak babi untuk melawan tentara Chechnya yang bergabung dengan Rusia.

Baca Juga: WALIKOTA Hostomel, Ukraina, Tewas Ditembak Mati Tentara Rusia saat Bagikan Roti kepada Warga

Amerika Serikat membantah keterlibatan negaranya dalam pembentukan Batalyon Azov tersebut, meski ada laporan keterlibatan CIA didalam pembentukannya.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa operasi militer Rusia di Ukraina bertujuan untuk demiliterisasi dan de-Nazify Ukraina atau menghapus neo Nazi di Ukraina.

Namun saat itu Ukraina dan negara Barat menilai tujuan invasi yang dikemukakan Putin dinilai mengada-ada.

Sayangnya, video dibagikan NGU di Twitter yang menggambarkan seorang anggota Azov melumuri peluru dengan minyak babi, untuk menghadapi tentara Chechnya, yang beragama Islam, memperlihatkan akan keberadaan batalyon Azov.

Mengutip dari laman sputnik.com, Batalyon Azov merupakan unit NGU, yang didukung oleh Kementerian Dalam Negeri Ukraina.

Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG Terkini, Bak Mandi di TKP Barang Bukti Penting, Semestinya Banpol Tidak Berwenang

Terlepas dari kemungkinan latar belakang resminya di Ukraina, Batalyon Azov dikenal di Barat karena sikap neo Nazi yang ekstrem.

Mereka juga diduga memiliki keterlibatannya dalam sejumlah serangan teroris dan insiden hasutan separatis di berbagai negara dan wilayah, termasuk kerusuhan di Hongkong pada tahun 2019.

Ironisnya, meskipun secara luas dianggap sebagai ancaman bagi keamanan dunia, Batalyon Azov ternyata memiliki hubungan tidak hanya dengan pihak berwenang Ukraina tetapi juga dengan AS.

Investasi wartawan Global Times, setelah melihat informasi publik dari pemerintah AS dan beberapa laporan investigasi menemukan keterlinatan AS.

Mereka menemukan bahwa politisi Amerika, perwira militer dan intelijen kemungkinan besar telah bekerja sama dengan Batalyon Azov, untuk mendorong kekuatan ekstremis di Timur Eropa melawan Rusia.

Menurut artikel Yahoo News dari Januari 2022, Central Intelligence Agency (CIA) telah diam-diam melatih pasukan untuk Ukraina sejak 2015.

Baca Juga: PERANG RUSIA vs UKRAINA: Ancam Anak Anak Tindak Kriminalitas, PBB Serukan Dunia

CIA telah mengawasi program pelatihan intensif rahasia di AS untuk pasukan operasi khusus elit Ukraina dan intelijen lainnya.

Pada bulan Desember 2017, Richard Vandiver dari produsen senjata Amerika AirTronic mengatakan bahwa penjualan senjata mematikannya ke Ukraina dilakukan dalam koordinasi yang sangat erat dengan Kedutaan Besar AS, Departemen Luar Negeri AS, Pentagon, dan pemerintah Ukraina.

Beberapa minggu kemudian, Laboratorium Penelitian Forensik Digital Dewan Atlantik mengkonfirmasi dalam laporan Januari 2018 bahwa Batalyon Azov adalah penerima transfer senjata mematikan tersebut.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Sputnik News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah