Mesin Pencarian Google Dikecam Soal Keffiyeh, Ini Alasannya

26 Mei 2021, 15:25 WIB
Keffiyeh jadi simbol nasionalisme Palestina /commons.wikimedia.org/

DESKJABAR – Pusat Arab untuk Kemajuan Media Sosial, 7amleh, telah mengajukan keluhan resmi kepada raksana digital, Google, karena mengaitkan Keffiyeh dengan para teroris dalam mesin pencarian mereka.

Para pengguna media sosial mengecam mesin pencari populer Google pada Selasa 25 Mei 2021, setelah hasil untuk pencarian  'jenis tutup kepala atau syal yang dikenakan teroris' mencantumkan keffiyeh sebagai hasil pencarian teratas.

Padahal, Keffiyeh, kain kotak-kotak berwarna hitam putih yang biasa dikenakan sebagai tutup kepala atau dikenakan di leher, adalah merupakan bentuk nasionalisme Palestina.

Baca Juga: Anggota DPRD Jabar Dicecar Karena Tak Ngaku Dapat Duit Dari Jual Beli Dana Aspirasi

Keffiyeh adalah simbol nasionalisme Palestina yang dipopulerkan pada 1960-an oleh mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat. Kain ini secara luas dianggap sebagai simbol perlawanan Palestina dan sering dipakai hingga hari ini sebagai tanda solidaritas kepada rakyat Palestina.

Nadim Nashif, direktur eksekutif 7amleh mengemukakan bahwa penemuan tersebut menggambarkan bagaimana perusahaan teknologi besar membentuk narasi negatif tentang Palestina.

"Meskipun tidak jelas bagaimana mesin pencarian Google mengaitkan keffiyeh dengan terorisme, 7amleh telah meneliti dan mendokumentasikan bagaimana kebijakan Google, baik di Google Maps, YouTube, atau Panel Pengetahuan Google, mendiskriminasi orang Palestina, menyebarkan informasi yang salah dan disinformasi, dan mengabadikannya stereotip rasis dan tidak manusiawi, bertentangan dengan hukum dan norma hak asasi manusia, "kata Nashif.

Baca Juga: Dalam Pemulihan Ekonomi Saat Pandemi, Kolaborasi Antar Institusi Perlu Ditingkatkan

"Keffiyeh telah menjadi hiasan kepala historis orang Arab dan Palestina selama beberapa dekade, berasal dari petani dan kemudian menjadi simbol nasionalisme Palestina, mengaitkan ikon budaya-sejarah ini dengan terorisme adalah tindakan rasis dan tidak manusiawi," ujarnya.

Kelompok 7amleh telah mengajukan keluhan resmi dengan Google pada hari Senin dan sedang menunggu pembaruan dari perusahaan.

Google tidak membalas permintaan Middle East Eye atas kasus tersebut.

Baca Juga: Margarito: TWK KPK Tidak Bermasalah dari Sisi Mana Pun, Ada Ribuan yang Lulus dan Sekian yang Tidak Lulus

Kecam kesepakatan

Sementara pengguna media sosial juga mengecam setelah mereka mengetahui bahwa pada Senin 24 Mei 2021, Amazon Web Services (AWS) bersama dengan Google  menandatangani kesepakatan senilai  1,2 miliar dolar AS dengan Israel.

Proyek, yang disebut Nimbus, akan melihat dua perusahaan teknologi menyediakan layanan cloud untuk sektor publik Israel dan militer Israel.

Perjanjian tersebut, yang dikonfirmasi pada bulan April tetapi baru ditandatangani pada hari Senin, datang hanya beberapa hari setelah sekelompok karyawan di Google, yang dijuluki Diaspora Yahudi di Teknologi,  mendesak  CEO Sundar Pichai untuk mengakhiri kontrak bisnis yang melanggar hak asasi manusia Palestina.

Baca Juga: Kabar Baik, Lokasi Wisata di Lebak Banten Kembali Dibuka

Surat yang awalnya ditandatangani oleh sedikitnya 250 karyawan itu meminta Google untuk melindungi dan mendukung kebebasan berbicara, termasuk menolak sindiran bahwa kritik terhadap Israel adalah antisemit.

"Kami meminta pimpinan Google untuk menolak definisi antisemitisme yang menyatakan bahwa kritik terhadap Israel atau Zionisme adalah antisemit," bunyi surat itu.

Perkembangan di dalam Google terjadi bersamaan dengan upaya serupa di Apple, di mana sekitar 1.000 orang mendesak  CEO Tim Cook untuk mengeluarkan pernyataan untuk mendukung hak-hak Palestina.

Surat tersebut meminta Apple untuk mengakui bahwa jutaan orang Palestina saat ini menderita di bawah pendudukan ilegal.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Middle East Eye

Tags

Terkini

Terpopuler