Sebuah Badan Amal di Inggris Luncurkan Pendanaan untuk Pembuatan Film Berlatar Belakang Muslim

13 April 2021, 21:19 WIB
Aktor Inggris nominator Oscar, Riz Ahmed (tengah) prihatin film gagal menggambarkan karakter Muslim yang sebenarnya /c0mmons. wikimedia/gage skidmore/

DESKJABAR – Sebuah badan amal di Inggris lncurkan program pendanaan untuk pembuatan film dan acara televisi yang berlatar belakang Muslim dengan tema mengintegrasikan pengalaman seorang Muslim ke dalam budaya Inggris.

Program yang didukung oleh British Film Institute (BFI) tersebut, sebagai program untuk menghapus penggambaran karakter muslim yang seringkali salah dalam film dan acara televisi.

Badan amal ini merasa prihatin dengan penggambaran stereotip Muslim sebagai teroris, budaya terbelakang, pembenci wanita, dalam kebanyakan di film-film.

Baca Juga: Subsidi Gas Elpjiji 3 Kg dan Minyak Tanah Bakal Diganti Subsidi Langsung Uang ?

Diluncurkan pada minggu 11 April 2021, Film Muslim Inggris berupaya untuk mengintegrasikan pengalaman Muslim ke dalam jantung budaya Inggris, melalui film dan televisi.

Badan amal juga menyediakan dana bagi produser atau sutradara yang ingin membuat film atau acara televisi berlatar belakang Muslim.

Didukung oleh British Film Institute (BFI), badan amal tersebut juga akan menyarankan produksi tentang cara mewakili Muslim dengan lebih baik di bioskop dan menghindari melanggengkan stereotip negatif yang menyinggung perasaan umat Muslim.

Baca Juga: GARUT: Antisipasi Serangan, Petugas Terus Disiagakan di Sejumlah Tempat

Aktor Inggris Sajid Varda, pendiri dan CEO badan amal tersebut, mengatakan bahwa peluncuran program tersebut terinspirasi setelah menyaksikan bagaimana industri hiburan menggambarkan Muslim setelah peristiwa 9 September atau 9/11.

“Itu semua tentang iman,” kata Varda. "Narasinya lebih banyak tentang Muslim, Islam, dan negativitas [dan] keyakinan hampir digunakan sebagai senjata untuk menciptakan representasi yang keliru, dengan asosiasi negatif," ujarnya seperti dikutip dari Aljazeera.

Dia berharap dapat membantu membalikkan tren tersebut dan mendorong pemahaman yang lebih besar antara Muslim dan komunitas lain.

Baca Juga: PANGANDARAN: Polisi Tangkap  2 Pelaku Judi Togel Hongkong, 1 Lagi Masuk DPO 

“Media massa memiliki pengaruh besar dalam menginformasikan orang, itulah kekuatan mendongeng,” katanya, mengaitkan misrepresentasi Muslim dengan peningkatan Islamofobia.

“Ini adalah alat pendidikan yang sangat kuat, terutama bagi orang-orang yang biasanya tidak berhubungan dengan kelompok minoritas tertentu, dan karenanya bisa berbahaya jika media mengabadikan kiasan umum seperti: Muslim adalah teroris, Muslim laki-laki adalah misoginis, Wanita Muslim ditindas dan Islam adalah ancaman bagi Barat," paparnya.

Varda bukanlah orang pertama dari dalam industri hiburan yang menyuarakan keprihatinan tentang cara Muslim ditampilkan di layar.

Pada 2017 dalam pidato di hadapan parlemen Inggris, aktor Inggris nominasi Oscar Riz Ahmed, memperingatkan bahwa kegagalan historis dan meluas untuk memperjuangkan keberagaman dalam film dan program televisi telah mengasingkan anak muda Muslim Inggris dan minoritas lainnya.

Baca Juga: Kartu Prakerja di Jabar Paling Diminati sebagai Youtuber, Barber dan Kapster

Ahmed, yang menjadi Muslim pertama yang dinominasikan untuk Aktor Terbaik oleh Academy Awards tahun ini untuk penampilannya di “Sound of Metal”, mengatakan, orang-orang akan mematikan dari masyarakat arus utama jika mereka tidak melihat diri mereka diwakili oleh hasil budayanya. .

“Orang-orang mencari pesan bahwa mereka termasuk, bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu, bahwa mereka dilihat dan didengar dan meskipun, atau mungkin karena pengalaman mereka, mereka dihargai,” kata Ahmed.

“Mereka ingin merasa terwakili. Dalam tugas itu, kami telah gagal,” ujarnya menambahkan.

Mengambil inspirasi dari pidato tersebut, Isobel Ingham-Barrow dan Sadia Habib mendirikan apa yang disebut Tes Riz.

Tes Riz adalah untuk mengukur sebuah film dalam menggambarkan karakter Muslim dengan 5 pertanyaan.

Baca Juga: Hari Pertama Puasa Gubernur Jabar dan Menteri Perdagangan Pantau Harga di Pasar Kosambi Kota Bandung

Jika ada dari 5 pertanyaan tersebut jawabannya “ya” maka film tersebut dinilai gagal dalam menggambarkan karakrter Muslim yang sebenarnya, yang bisa memunculkan Islamofobia.

Adapun lima pertanyaan tersebut :

-Ngomong-ngomong, korban atau pelaku terorisme?

-Ditampilkan sebagai kemarahan yang tidak rasional?

-Dipersembahkan sebagai takhayul, terbelakang budaya, atau anti-modern?

-Disajikan sebagai ancaman bagi cara hidup Barat?

-Jika karakternya laki-laki, apakah dia ditampilkan sebagai misoginis? Jika perempuan, apakah dia ditampilkan sebagai tertindas oleh rekan prianya?

Dari tes yang telah dijalankan, sebagian besar film yang diproduksi masih banyak kegagalan untuk menggambarkan karakter Muslim yang sebenarnya. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler