Bencana Nuklir Fukushima Sisakan Masalah, Jepang Berencana Buang ke Laut 1,3 Juta Ton Limbah

13 April 2021, 14:15 WIB
Pemerintah Jepang pada Selasa 13 April 2021 mengungkapkan rencana membuang 1,3 juta ton air yang terkontaminasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima ke laut. /commons.wikimedia.org/

DESKJABAR - Sepuluh tahun telah berlalu sejak bencana kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi akibat gempa bumi dan tsunami pada 11 Maret 2011. Yang tersisa dari musibah itu adalah limbah lebih dari 1,3 juta ton air yang terkontaminasi. 

Pemerintah Jepang pada Selasa 13 April 2021 mengungkapkan rencana untuk membuang lebih dari 1,3 juta ton air yang terkontaminasi dari Fukushima Daiichi tersebut ke laut.

"Atas dasar kepatuhan ketat terhadap standar peraturan yang telah ditetapkan, kami memilih untuk membuangnya ke samudra," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan yang dilansir Antara, Selasa siang.

Baca Juga: Bibit Siklon Tropis 94W Tumbuh di Pasifik Barat, BMKG Ingatkan Potensi Banjir Bandang di Wilayah Ini

Hal itu menimbulkan reaksi penentangan dari industri perikanan Jepang. Beberapa negara seperti China, Korea Selatan, dan Taiwan juga menyampaikan keberatan.

Serikat nelayan di Fukushima telah mendesak pemerintah selama bertahun-tahun untuk tidak membuang air limbah tersebut. Mereka khawatir hal itu akan berdampak bencana besar pada industri perikanan.

Berdasarkan rencana tersebut, pembuangan air pertama akan dilakukan dalam waktu sekitar dua tahun. Rentang waktu itu memberi kesempatan operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power untuk mulai menyaring air untuk menghilangkan isotop berbahaya, membangun infrastruktur, dan memperoleh persetujuan peraturan.

Pemerintah Jepang berargumen bahwa pembuangan air diperlukan untuk melanjutkan penghentian kompleks pabrik setelah lumpuh oleh gempa bumi dan tsunami 2011.

Baca Juga: Kabar Gembira dari PT Pertani, Tersedia Paket Sembako Rp50 Ribu Selama Ramadhan Hingga Idul Fitri 1442 H

Pemerintah Jepang juga menunjukkan bukti bahwa air yang disaring serupa itu secara rutin dibuang dari pembangkit nuklir di berbagai negara di seluruh dunia.

Saat ini, hampir 1,3 juta ton air yang terkontaminasi - cukup untuk mengisi sekitar 500 kolam renang ukuran olimpiade- disimpan dalam tangki besar di pabrik Fukushima Daiichi. Biaya pemeliharaan tahunannya sekitar 100 miliar yen atau Rp13 triliun dan ruang penyimpanannya pun hampir habis.

Keputusan itu diambil pemerintah Jepang sekitar tiga bulan sebelum Olimpiade yang ditunda yang akan diselenggarakan oleh Tokyo. Beberapa arena direncanakan hingga sedekat 60 km dari pabrik yang rusak.

Mantan Menteri Jepang Shinzo Abe pada 2013 meyakinkan Komite Olimpiade Internasional bahwa Fukushima "tidak akan pernah merusak Tokyo."

Baca Juga: Shalat Tarawih 1 Ramadhan 1442 H di Masjid Istiqlal Diikuti 500 Jamaah, Ke Depan Boleh Sampai 2.000 Jamaah

Tepco berencana menyaring air yang terkontaminasi untuk menghilangkan isotop. Nantinya, limbah hanya menyisakan tritium, isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan dari air. Tepco akan mengencerkan air sampai tingkat tritium turun di bawah batas regulasi, sebelum memompanya ke laut.

Tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena tidak mengeluarkan energi yang cukup untuk menembus kulit manusia. Pembangkit nuklir lain di seluruh dunia secara rutin memompa air dengan isotop kadar rendah ke laut.

Amerika Serikat mencatat bahwa Jepang telah bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional dalam menangani situs tersebut sejak krisis di tiga reaktor satu dekade lalu.

"Dalam situasi yang ini, Jepang telah mempertimbangkan opsi dan efeknya, transparan dengan keputusannya, dan telah mengadopsi pendekatan sesuai dengan standar keselamatan nuklir yang diterima secara global," kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataan.

Baca Juga: Dynamite Lampaui Miliaran Views di YouTube, BTS Bersiap Streaming Konser BANG BANG CON 2021

Namun, negara tetangga seperti Korea Selatan menentang rencana tersebut. Korsel tetap khawatir dengan potensi tingkat tritium atau kontaminan lain yang membahayakan warganya serta lingkungannya.

Korsel meminta Jepang untuk memberikan lebih banyak informasi tentang rencana pembuangan limbah nuklir tersebut. Korsel juga akan melakukan pemantauan radiologisnya sendiri.

"Akan sulit untuk menerima jika Jepang memutuskan untuk membuang air yang terkontaminasi tanpa konsultasi yang memadai," kata pemerintah Korsel dalam sebuah pernyataan.***

 

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler