Menyusuri Petilasan Dewi Rengganis, Pendakian Gunung Argopuro Bagian 4. Senja Mendengar Lolongan Srigala

- 13 September 2022, 16:14 WIB
 Camping Ground di Pos Cikasur yang luas. Ada beberapa belas shelter yang biasanya dipergunakan pendaki untuk mendirikan tenda
Camping Ground di Pos Cikasur yang luas. Ada beberapa belas shelter yang biasanya dipergunakan pendaki untuk mendirikan tenda /Dicky Harisman, DeskJabar/

DESKJABAR - Senin, pagi sekitar pukul 07.00 WIB kami mengawali pagi dengan sarapan yang dibuat Chef Igun. Sejam kemudian kami mulai melanjutkan perjalanan menuju Pos Mata Air 2.

Trek jalur menuju Pos Mata Air II semakin masuk kedalam hutan. Kadang rimbun kadang terbuka. Kami menyelesaikan perjalanan selama dua jaman.

Kami rehat 15 menit di Pos Mata Air II. Untuk selanjutnya bergerak menuju Pos Cikasur untuk membuka tenda di sana.

Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Alam Magelang Yang Indah, Cozy dan Instagramable, Ada View Taman Berwarna-Warni

Alam Argopuro memang Juara, bentangan savana yang luas mulai terhampar di kiri kanan trek. Terlebih melalui Alun-alun Jambangan.

Dari Pos Mata Air II menuju Sungai Cikasur lumayan menguras tenaga, terlebih kami sudah berjalan dua hari lamanya.

Terik matahari yang membakar tubuh kami membuat persediaan air cepat menyusut. Di Pos Mata Air II banyak kawanan kera meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Beruntung mereka tidak turun mengganggu kami.

Sebagai kawasan Gunung yang memiliki lembahan yang menghampar di kiri dan kanan jalan yang kami lalui, Argopuro menyuguhkan pemandangan khas pegunungan yang sejuk meski terkadang sengatan matahari lebih dominan menyapa kami.

Baca Juga: Bharada Sadam diberi Sanksi Demosi Selama 1 Tahun, Bertindak Tidak Profesional Terhadap Awak Media

Pendakian ke Argopuro terasa berbeda dengan pendakian Gunung lainnya, biasanya hari kedua perjalanan kami sudah menemukan batas vegetasi hutan dan puncak. Yang berarti perjalanan akan segera selesai dan kita sudah sampai di puncak.

Dua hari perjalanan kami di Gunung Argopuro masih belum menemukan dimana batas kaki gunung dimana punggungan gunung.

Kami tidak perduli dan memilih menikmati perjalanan menembus savana yang elok, ilalang yang tingginya setinggi orang dewasa serta rumput-rumput liar yang saat kita injak membentuk rebahan seolah langsung segar kembali. Seperti tidak ada orang yang melewati jalur ini. Inilah Argopuro.

Baca Juga: Sidang 1 Ton Sabu di PN Bandung Kembali Digelar, Terungkap Saksi Diajak Kemping dan Telah Berpacaran

Jalanan semakin naik pertanda kami sudah melewati kesulitan-kesulitan yang menjadi bagian dari pendakian hingga menjelang pukul 17.00 WIB kami mendengar suara Burung Merak dan Ayam Hutan yang bersahut-sahutan.

Selamat Datang di Cikasur yang menjadi ikonik dalam perjalanan kami menuju puncak Gunung Argopuro.

Dari Jarak 100 meter kami mendengar gemercik air, pertanda tujuan kami sudah hampir di depan mata.

Baca Juga: 20 Kode Redeem FF 13 September 2022; Dapatkan Mask Funky Knight, Fatal Rider dan Grim Rider Bundle, Dll

Ya! Sungai Cikasur, sungai para pendaki Argopuro sudah terhampar di depan mata kami. Sungai yang letaknya berada sangat jauh di dasar lekukan bukit ini mengalirkan air jernih yang cukup deras.

Warna lumut yang tergerus air Cikasur membuat pemandangan indah tersendiri di dalam sungai Cikasur.

Tumbuhan Selada Air hidup dengan suburnya di sungai Cikasur. Airnya yang dingin membuat kita merasa segar setelah perjalanan hampir seharian.

Tak menyia-nyiakan waktu, kami simpan segala barang kami di pinggiran sungai dan langsung turun ke sungai yang airnya selain jernih juga dingin layaknya air botol dalam kulkas.. Hiiiiii.

Selesai bermain di sungai, kami melanjutkan perjalanan ke Pos Cikasur menaiki lekukan tanjakan ditemani langit sore yang mulai menguning dan sapaan salam burung Merak menyemarakan hutan di Cikasur senja itu.

Baca Juga: Link Live Streaming Viktoria Plzen Vs Inter Milan di Liga Champions, Skriniar Waspadai Serangan Balik Lawan

Tenda kami didirikan pada bekas reruntuhan Shelter. Ada empat tenda yang berdiri disini, beberapa pendaki lain memilih bermalam di bawah pohon ikonik nya Cikasur.

Tak lama tenda berdiri, kami mulai menyiapkan air dan logistik untuk makan malam kami.

Senja itu Cikasur begitu ramah, rona warna langit jingga sebagai bukti Kekuasaan Sang Kuasa, dihamparkannya langit indah dan orkestra alam yang megah sore itu untuk kami yang datang bertamu ke Cikasur.

Jelang malam kami mendengar suara-suara kawanan si Abu (Srigala) yang menyalak dari belakang tenda kami. Suasana belantara yang liar benar-benar menjadi bagian kami menikmati petualangan di Argopuro.

Malamnya, tim sibuk menyiapkan makanan dan minuman sebagai bekal kami melanjutkan perjalanan di hari ketiga besok.

Baca Juga: Menikmati Sunrise Di Objek Wisata Gunung Papandayan yang Endol Surendol Takendol-kendol

Saya berinisiatif membuat minuman Susu, Telor, Madu dalam bentuk Sachet yang diramu dengan Jahe asli yang dibekal dari Bandung. Digeprek, direbus lalu dicampur dengan minuman yang sudah instant.

Rasanya tiada terkira. Joss Banget mengalahkan minuman mahal yang dibeli dari restoran manapun. Sangat Alami, dan alam merespon.

Agung salah satu tim dari Tasik, malam itu memutar Mp3 Tilawatil dari seorang Qori terkenal di Indonesia, ayat-ayat Illahi yang dibawakan sang Qori benar-benar mampu memecahkan kesunyian Cikasur yang “dingin”. Suaranya mengalun dibawa angin gunung. Ya Allah sungguh nikmat mendengarkan Ayat-AyatMu.

Diantara angin yang berbisik dan gemintang bercahaya serta mata yang mulai yang berat, sayup-sayup kuping masih menangkap suara Tilawatil yang syahdu. Tak akan terlupakan.

Malam itu suasana di Cikasur begitu perkasa, gemintang yang bertaburan hiasi cakrawala hitam bak lentera hati yang menenangkan kami dicumbu bayu malam yang dingin.

Terimakasih atas malam yang indah di Cikasur.(bersambung).***

 

 

 

 

 

 

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah