Ternyata Memiliki Tubuh Kurus Tak Menjamin Bebas Kolesterol

- 17 Maret 2021, 19:53 WIB
Ilustrasi kolesterol.
Ilustrasi kolesterol. /Antara/


DESKJABAR
- Gemuk sering dianggap memiliki banyak penyakit, pada kenyataan orang kurus pun berpotensi memiliki kolesterol tinggi.

Manager Medical Underwriter Sequis, dokter Fridolin Seto Pandu, mengatakan, gemuk atau kurus tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol, karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat.

"Penyakit ini disebut dislipidemia dan lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat," ujar dr. Fridolin dalam keterangan resminya pada Rabu, 17 Maret 2021.

Baca Juga: Satu Kata Petani Jawa Barat: Tolak Impor Beras, Kang Emil Segera Sampaikan Aspirasi ke Pemerintah Pusat

Dislipidemia atau kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah. Kelainan jenis lemak yang utama, adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (low-density lipoprotein), Trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL (high-density lipoprotein).

Sayangnya, hal ini sering tidak menunjukkan gejala, terlebih bila postur seseorang terlihat kurus dan proporsional, sehingga lebih sulit mendeteksi dini seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan.

Adapun LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah, sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.

Baca Juga: Mentan Menanti Inovasi Akademisi untuk Memperkuat Pangan Nasional

Kadar tinggi LDL dapat diwaspadai dengan memonitor ambang batasnya: normal-optimal <100 mg per DL, mendekati optimal 100 - 129mg per DL, batas tinggi 130 – 159mg per DL, tinggi 160 – 189mg per DL, dan sangat tinggi >190 mg per DL. Sedangkan HDL bertugas untuk mengangkut kolesterol dari pembuluh darah atau jaringan lain kembali ke hati. Ambang batasnya: rendah <40 mg per DL dan tinggi >60 mg per DL.

Trigliserida adalah kadar lemak yang berasal dari sisa pembakaran kalori yang tidak terpakai. Saat makan, tubuh kita menerima kalori dan dipergunakan untuk aktivitas tubuh. Kalori yang tidak dipergunakan akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan dalam sel-sel lemak. Ambang batas tinggi rendahnya: normal <150 mg per DL, batas tinggi 150-199 mg per DL, tinggi 200-499 mg per DL, sangat tinggi >500 mg per DL.

Halaman:

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x