DESKJABAR – Orang yang lahir dan gede di Bandung, pasti mengenal makanan tradisional yang namanya Awug, kudapan yang dibuat dari tepung beras dan gula merah plus parutan kelapa.
Dulu, Awug ini dijajakan oleh ibu-ibu dengan cara digendong. Selain Awug, biasanya ada kudapan lainnya, seperti gurandil, kelepon, jiwel, sebagai pelengkap dagangan.
Sekarang, sudah jarang --mungkin sudah tidak ada-- terlihat yang jualan Awug dengan cara digendong. Kebanyakan sudah memakai roda dorong.
Baca Juga: Puluhan Mahasiswa dan Santri di Cianjur Positif Terpapar Covid-19, Menjadi Klaster Baru
Beda dengan Awug, menu yang lainnya dikonsumsi dengan kucuran gula merah cair ditambah parutan kelapa.
Kudapan Awug, dari bentuknya sudah kelihatan khasnya. Bentuknya, seperti piramid atau gunung. Orang Sunda bilang congcot. Sepintas seperti nasi tumpeng.
Unik memang bentuknya. Karena Awug dikukus dengan mengunakan aseupan (kukusan dari bambu yang berbentuk kerucut).
Awug ini dijualnya bisa satu gunungan atau dipecah-pecah menjadi beberapa kotak kecil. Tergantung kebutuhan.
Harganya lumayan terjangkau. Ramah deh dengan isi kantong. Biasanya, satu kotak kecil Awug dihargai Rp5.000. Untuk dikonsumsi sendiri, sekotak kecil Awug lumayan mengenyangkan.