Mengenal Si Raja Pahit Ki Oray dan Ragam Khasiat yang Dimilikinya

20 Februari 2021, 08:38 WIB
Sambiloto atau masyarakat Sunda menyebutnya ki oray, memiliki banyak manfaat /Wikipedia/

 

DESKJABAR – Untuk menjaga dari paparan pandemi Covid-19 mendorong masyarakat tak saja mengkonsumsi multivitamin tetapi juga mengonkumsi suplemen herbal untuk meningkatkan daya imunitas tubuh.

Bahkan, sejumlah produk dipercaya mampu menangkal dan mengenyahkan virus corona dari pasien yang terinfeksi. Begitu pula tumbuhan sambiloto, si raja pahit atau ki oray yang memiliki banyak ragam khasiat.

Pada awal pandemi permintaan produk-produk herbal begitu melesat. Ketika itu harga temulawak meroket, begitu juga dengan jahe merah, habatussauuda, dan madu, hingga komoditas itu sulit ditemui di pasaran.

Baca Juga: SEJARAH HARI INI, Kawah Sinila di Gunung Dieng Meletus 149 Warga Tewas Terjebak Gas Racun Mematikan

Mengutip dari indonesia.go.id, Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) mencatat sepanjang 2020 diperkirakan perputaran nilai produk jamu dan herbal di Indonesia antara Rp16 triliun--Rp20 triliun.

Khususnya produk-produk herbal yang mengandung jahe merah, temulawak (curcuma), habatussauda, dan madu.

Di luar itu, tumbuhan yang juga banyak dicari masyarakat adalah sambiloto (andrographis paniculata). Di masyarakat Indonesia sambiloto sudah cukup dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda.

Baca Juga: Kain Ulos Batak Terkenal Ke Mancanegara, Kain Khas Sumatera Utara Ini Dipamerkan di Eco fashion Belgia

Masyarakat Sunda menyebutnya tumbuhan yang memiliki rasa pahit itu menyebutnya ki oray, masyarakat Minangkabau menyebutnya ampadu tanah, di pulau Madura disebut pepaitan, dan bagi orang Jawa Mataraman disebut ramuan ki pait, bidara, dan andiloto.

Orang Tionghoa menamakan tanaman ini Chuan xin lien. Di dunia internasional, dikenal dengan “king of bitter” atau raja pahit. Di beberapa negara maju, tanaman ini sudah berkembang sebagai bahan baku obat.

Tumbuhan dengan rasa pahit ini diduga berasal dari kawasan Asia Tropis. Penyebarannya dari India meluas hingga ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan di Jawa.

Baca Juga: Pungli Bansos UMKM: Oknum di 7 Kecamatan di Kabupaten Bandung Sunat BLT hingga Rp804 Juta

Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Tingginya pohon bisa mencapai 90 centimeter.

Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun dan suhu udara 25-32 derajat Celcius. Kelembapan yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70--90 persen dengan penyinaran agak lama.

Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman sambiloto yaitu laktone yang terdiri dari deoksi andrografolid, andrografolid, flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan dammar.

Senyawa utama yang dihasilkan tanaman sambiloto adalah andrografolid. Senyawa inilah yang memberikan rasa pahit.

Baca Juga: Pertemuan dengan Teten Masduki, Shopee Katakan bahwa Pedagang Lokal dan UMKM di Platform Capai 97 Persen

 Hasil penelitian menunjukkan, senyawa andrografolid tersebut bermanfaat dalam mengatasi berbagai penyakit, antara lain, sel kanker dan antitumor, antihepatoprotektif, antiinflamasi, antioksidan, antidiabetes (menurunkan gula darah), antimalaria, dan antimikroba (antibakteri, antifungi, dan antiviral).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak sambiloto merupakan alternatif dalam menyembuhkan infeksi bagian atas saluran pernapasan tanpa komplikasi.

Menurut Gusmaini, peneliti tanaman obat dan rempah di Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan), senyawa andrografolid tersebut terdapat di dalam bagian atas jaringan tanaman yaitu daun, batang, bunga, dan kandungan tertinggi terdapat pada daun.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: indonesia.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler