Usaha Teh dan Karet Tetap Prospektif untuk Perkebunan Swasta

- 21 Oktober 2020, 19:44 WIB
Perkebunan teh dan karet di Jawa Barat
Perkebunan teh dan karet di Jawa Barat /DeskJabar/Kodar Solihat

DESKJABAR – Usaha komoditas teh dan karet tetap menjadi usaha andalan bagi berbagai unit perkebunan swasta di Jawa Barat dan Banten. Sebab, masing-masing perusahaan perkebunan swasta sudah memiliki pembeli tetap, dan cukup mampu menekan biaya produksi melalui efisiensi.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Perkebunan (GPP) Jawa Barat-Banten, Achmad Imron Rosyadi, kepada DeskJabar di Bandung, Rabu, 21 Oktober 2020 menyebutkan, sejauh ini unit perkebunan swasta umumnya tetap mempertahankan usaha komoditas tanaman teh dan karet.

“Selain karena sudah punya relasi langganan, juga biaya operasional di perkebunan swasta boleh dikatakan tak terlalu tinggi. Apalagi, perusahaan perkebunan swasta umumnya hanya mengelola 1 s.d 5 unit perkebunan,” ujarnya.

Disebutkan, khusus untuk komoditas karet, diketahui kini harganya memang sedang kembali meninggi. Harga karet lembaran asap jenis RSS1 saja, kini di atas 2 dolar AS/kg, padahal sebelumnya harganya berkepanjangan di kisaran 1,5 dolar AS/kg.

Menurut Imron Rosyadi, pergerakan kembali harga karet memang merupakan pengaruh negara China yang sedang banyak membeli karet. Diyakini, negara tersebut industrinya pulih kembali, walau saat ini masih pandemi Covid-19.

Lain halnya usaha komoditas teh, disebutkan, untuk perusahaan perkebunan swasta, juga banyak yang memiliki penjualan lancar kepada relasinya. Ini terutama para pembeli teh dari pabrikan di Jawa Tengah.

 Baca Juga: PTPN VIII Kembangkan Kebun Sawit Ramah Lingkungan

Baca Juga: PTPN VIII Perluas Areal Kelapa Sawit dan Bangun Pabrik Sawit Baru

Optimalisasi usaha

Menurut Imron Rosyadi, bahwa unit-unit perkebunan swasta cenderung bersifat mengoptimalkan komoditas yang sudah lama mereka usaha. Termasuk pula komoditas teh dan karet, dimana perusahaan-perusahaan perkebunan swasta sejauh ini belum berminat mengkonversi tanaman mereka ke komoditas lain.

Sementara itu dari Thailand, The Thai Rubber Asaociation, pada Rabu, 21 Oktober 2020, melansir, bahwa negara Thailand melihat ekonomi China pulih lebih jauh dari virus korona pada kuartal ketiga, menjadi peluang besar terhadap penjualan karet alam ke negara itu.

Bahkan, Bank of Thailand menyetujui perpanjangan skema pinjaman lunak 500 miliar baht selama enam bulan. Mereka juga mengizinkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Pasar Investasi Alternatif untuk mengajukan pinjaman, yang sebelumnya merupakan hambatan untuk berpartisipasi. ***

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah