“Pemasarannya selain produksi yang selama ini dibuat, juga untuk pemasaran produk hilir. Terobosan juga dilakukan untuk meningkatkan citra produk ramah lingkungan, baik secara teknis di perkebunan juga teh organik,” ujar Hariyanto di sela-sela kegiatan donor darah berkaitan HUT PTPN VIII ke-27 di kantor pusat PTPN VIII Jalan Sindang Sirna 4 Bandung.
Baca Juga: Green Tea alias Teh Hijau Kini Jadi Minuman Laris Bergengsi, Peluang Kebangkitan Perkebunan Teh
Diversifikasi produk
Ada pun produksi teh dilakukan PTPN VIII, selain untuk produksi kemasan siap minum, juga mengembangka produk curah, misalnya yellow tea, white tea, dan green tea, dsb, sebagai pengembangan produk lama dari kelompok teh hitam dan CTC.
Secara bisnis langsung dikelola, secara garis besar PTPN VIII kini tinggal mengelola usaha komoditas teh dan karet. Sebab, unit-unit perkebunan yang mengelola kelapa sawit, sudah dialukan KSO antara PTPN VIII dan PTPN III selaku holding.
Baca Juga: Teh Hijau Ala Kampung Kini Menjadi Buruan Wisata ke Purwakarta Sambil Melihat Perkebunan Teh Rakyat
Khusus komoditas teh, sebagai gambaran, PTPN VIII sejak tahun 2022 lalu, kembali menggabungkan manajemen sejumlah unit perkebunan dikelola dengan istilah right sizing. Unit-unit perkebunan teh dikelola PTPN VIII kini terbagi delapan (8) unit induk perkebunan wilayah Ciwidey, Pangalengan, Garut, Cianjur, Bogor, Kabupaten Bandung Barat, dan Subang.
Nama-nama unit perkebunan teh PTPN VIII sekarang
Kebun Malabar (daerah Pangalengan), Kebun Gedeh-Gunung Mas (Cianjur dan Bogor),
Kebun Rancabali, daerah Rancabali Ciwidey, Kabupaten Bandung terdiri Rancabali, Rancabolang, dan Sinumbra.
Kebun Malabar, daerah Pangalengan, terdiri Malabar, Kertamanah, dan Pasirmalang.
Baca Juga: Ikon Bangunan Tahan Gempa dan Kebakaran di KBB, Pabrik Teh PTPN VIII Perkebunan Panglejar