Dari jumlah itu, menurut dia, naik 5,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbang 96,3 juta dollar AS.
“Jawa Barat adalah penyumbang utama ekspor teh itu,” kata Dudu A Suganda.
Sementara itu, mengambil contoh dari Jawa Tengah, dimana kemitraan petani teh dengan perusahaan perkebunan swasta PT Pagilaran.
Kasmoeri, salah seorang tokoh petani teh mitra PT Pagilaran Jawa Tengah, membandingkan dengan masa kejayaan usaha perkebunan teh rakyat di Pulau Jawa pada tahun 1990-an.
Baca Juga: PTPN VIII Berencana Memulihkan Sejumlah Unit Perkebunan Teh di Jawa Barat
Ia menyebutkan, dahulu rata-rata produktivitas setiap hektar perkebunan teh rakyat sampai tahun 1990-an adalah 1 ton tahun 1990-an dengan kualitas petikan bagus.
Namun sekarang, kata Kasmoeri, rata-rata produktivitas hanya 200 kg/hektare, dulu P+2 skrg P+ jengkal. Itu cara panen menggunakan alat bantu, pisau, gunting, di mesin .
Tapi alat bantu itu salah penggunaan, yang seharusnya mempertahankan kualitas juga selain kuantitas, namun yang . menjadi korban adalah kualitas, jelek sekali,” ujarnya.
Pada sisi lain, menurut dia, usaha perkebunan teh rakyat di Pulau Jawa menghadapi tantangan, yaitu alihfungsi lahan yang terus terjadi.
Baca Juga: Hantu Kini Jadi Bahan Tontonan di PTPN VIII Perkebunan Kertamanah, Pangalengan, Kabupaten Bandung